Pernah tidak sebagai orang
tua terlintas tentang tindakan kekerasan yang diterima anak kita saat berada di
luar rumah atau di sekolah. Rasanya tidak ada satu orang tua pun yang ingin
anak-anaknya menjadi korban kekerasan, bukan.
Namun, pada kenyataannya
menurut hasil Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) Pada
Tahun 2018 yang dilakukan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (Kemen PPPA), tersaji hasil survei sebagai berikut:
- 1 dari 17 anak laki-laki dan 1 dari anak dari 11 anak perempuan pernah mengalami kekerasan seksual
- 1 dari 2 anak laki-laki dan 3 dari 5 anak perempuan pernah mengalami kekerasan emosional
- 1 dari 3 anak laki-laki dan 1 dari 5 anak perempuan mengalami kekerasan fisik
Ketiga data tersebut dapat disimpulkan bahwa 2 dari 3 anak dan remaja
perempuan dan laki-laki di Indonesia pernah mengalami kekerasan sepanjang hidupnya.
Hasil SNPHAR 2018 pun
memaparkan bahwa anak tidak hanya menjadi korban kekerasan, melainkan menjadi
pelaku kekerasan. Faktanya, 3 dari 4 anak melaporkan bahwa pelaku kekerasan
emosional dan kekerasan fisik adalah teman sebaya.
Data SNPHAR 2018, Selengkapnya
Setelah melihat data survey,
mungkin saja akan terbesit pertanyaan, bisakah sebagai orang tua mencegah
kekerasan terhadap anak kita?
Rasanya cara pencegahan memang
harus dilakukan oleh para orang tua agar tindak kekerasan di sekolah atau
dimanapun anak berada dapat diantisipasi. Sebelum membahas topik utama artikel.
Cara mencegah terjadinya
kekerasan pada anak. Yuk, kita kenali apa saja bentuk kekerasan.
BENTUK KEKERASAN
Dilansir dari Wikipedia,
Kekerasan adalah sebuah ekspresi baik yang dilakukan secara fisik ataupun
secara verbal yang mencerminkan tindakan agresi dan penyerangan.
Ada tiga kategori bentuk
kekerasan, yaitu:
- Kekerasan Verbal (Emosional), seperti: menerima hinaan, tidak disayangi, dan direndahkan.
- Kekerasan Fisik, seperti: digigit, dipukul, dicekik, dibekap, ditendang, atau diancam dengan senjata
- Kekerasan Seksual, terbagi menjadi: Kekerasan Seksual Non Kontak (dipaksa melihat kegiaitan seksual, dipaksa terlibat kegiatan seksual, atau diminta mengirim gambar/video/teks kegiatan seksual) dan Kekerasan Seksual Kontak (dipaksa menyentuh atau disentuh area tubuh pribadi).
Ketiga bentuk kekerasan di atas, nyatanya banyak
dialami oleh anak-anak di luar rumah atau di sekolah. Bahkan data Survei Nasional
Pengalaman Hidup Anak dan Remaja di atas memaparkan bahwa pelaku tindakan
kekerasan adalah teman sebaya anak-anak.
CARA MENCEGAH TERJADINYA KEKERASAN PADA ANAK
Apapun bentuk kekerasan pada
anak dapat terjadi dimana saja, bahkan di sekolah pun tak luput menjadi tempat
kekerasan bermula. Lalu apa yang harus dilakukan agar mencegah terjadinya
kekerasan pada anak. Berikut adalah cara yang dapat dilakukan orang tua, yaitu:
I. Bangun Kepercayaan Anak dengan Berkomunikasi yang Baik
Kasus kekerasan
anak layaknya seperti gambar gunung es. Hanya sedikit anak-anak yang mengalami
kekerasan melapor kepada orang tua. Hal ini dikarenakan anak-anak tidak merasa
cukup percaya dengan orang tua. Mereka takut masalah akan tambah besar jika
cerita.
Banyak kasus yang terjadi ketika anak bercerita
tentang pertengkaran dengan temannya yang berujung kekerasan. Orang tua sudah
langsung mengambil kesimpulan dan ambil tindakan sebelum anak bercerita secara
tuntas. Padahal anak tidak meminta orang tua melakukan tindakan yang berujung dirinya
dipermalukan.
Cerita Anak yang Digigit oleh Teman Sekolah
Membangun kepercayaan anak, tidak harus mengambil tindakan berlebihan. Terkadang anak-anak hanya ingin didengar ceritanya. Jika pun sampai terluka akibat kekerasan saat bermain. Obati lukanya dan cari akar masalahnya. Beri pengertian sesuai dengan daya nalar mereka.
Ingat! Saat anak bercerita, dengarkan dengan penuh perhatian. Jangan anggap cerita mereka lelulon. Mungkin bagi orang tua atau orang dewasa apa yang diceritakan anak terdengar lucu. Namun, bisa jadi anak-anak merasa itu hal serius bagi mereka.
Jika kita sudah melakukan komunikasi dengan baik. Niscaya anak pun akan percaya untuk menceritakan apa saja yang dialaminya di luar rumah atau di sekolah.
Misalnya anak mengalami kekerasan di sekolah oleh
teman sekelasnya. Namun, tidak berani melapor kepada guru. Setidaknya anak akan
bercerita kepada orang tua. Kita, sebagai orang tua yang akan menyampaikan
kepada pihak sekolah. Sehingga kekerasan di sekolah tidak mengendap dan
berlanjut kepada anak-anak lainnya.
II. Ajari Anak Cara melindungi Diri
Kekerasan fisik bisa saja terjadi saat anak-anak berada diluar pengawasan orang tua atau di sekolah. Oleh karenanya sebagai orang tua harus membekali anak cara melindungi diri dari orang yang melakukan tindak kekerasan.
Jika dalam
lingkungan sekolah, anak bisa melaporkan ke guru saat mengalami atau melihat
kekerasan yang dilakukan oleh teman sekolahnya. Atau berteriak dan berlari
menjauhi pelaku kekerasan.
III. Pendidikan Budi Pekerti
Kekerasan pada anak dapat terjadi oleh siapa saja. Begitupun kekerasan yang berawal dari pertengkaran teman sebaya. Sebagai orang tua, tidak semestinya memberikan tanggung jawab penuh kepada pihak sekolah dalam memberikan pendidikan moral. Kita patut berperan aktif dalam mendidik anak-anak. Memaksimalkan pendidikan budi pekerti dari rumah.
Ketika anak
bercerita tentang kekerasan yang dialami dan ternyata anak kita yang bersalah.
Jangan pernah membelanya, tapi rangkul anak dan beri pengertian bahwa apa yang
dilakukan adalah perbuatan salah. Tidak boleh dilakukan lagi. Jelaskan kepada anak hukum sebab-akibat agar anak belajar berpikir sebelum melakukan
tindakan.
Begitu pula jika anak-anak melakukan hal yang benar
saat melihat kekerasan di depan mata mereka. Seperti menolong temannya yang
sedang dijahili oleh teman lainnya. Beri
mereka apresiasi dengan pelukan, kata-kata penyemangat, atau apa saja agar hati
anak kita senang.
KATA PENULIS
Semaksimal apapun pengawasan terhadap anak. Tidak menutup kemungkinan bahwa anak-anak kita akan mengalami kekerasan dalam hidupnya. Maka dari itu penting bagi setiap orang tua untuk melakukan pencegahan terjadinya kekerasan pada anak.
Kalau boleh jujur. Ketiga poin, cara mencegah terjadinya kekerasan pada anak. Merupakan pengalaman real yang sudah saya terapkan kepada anak saya, Wulan. Tiap kali saya pulang kerja, tidak pernah alpa bertanya, apa yang terjadi di sekolah atau tempat ngaji. Sampai akhirnya Wulan terbiasa bercerita apa yang dia alami. Terutama disaat kejadian yang tidak menyenangkan, seperti perundungan yang dialami temannya di tempat pengajian.
Sekian artikel kali ini. Cara mencegah terjadinya kekerasan pada anak. Semoga memberi manfaat dan dapat mengantisipasi anak-anak dari segala bentuk kekerasan.
No comments: