Donor Darah, Pendeteksi Penyakit Berbahaya

 


Biasanya sebuah kebaikan sangat mudah dilakukan. Hanya membutuhkan niat dari seorang penderma, maka kebaikan pun terlaksana. Namun, ada kebaikan yang sukar dilakukan. Meskipun calon penderma memiliki niat yang kuat.

Memangnya ada? Kebaikan apa itu?

Mendonorkan darah, jawabannya. Meskipun niat sudah sangat kuat. Namun, ketika melakukan rangkaian tes sebelum donor. Belum tentu calon pendonor berhasil mendonorkan darahnya. Harus melewati serangkaian tes kesehatan terlebih dahulu, seperti: pengukuran suhu tubuh, menimbang berat badan, dan tes sample darah.

Sebelum melakukan serangkaian tes tersebut. Pertama kali dilakukan calon pendonor adalah mengisi formulir pendaftaran. Dahulu calon pendonor harus mengisi secara manual, formulir tersedia di setiap kantor atau mobil PMI. Namun, pada pertengahan tahun 2022, pendaftaran dapat dilakukan melalui aplikasi JAKBLOOD. Aplikasi yang dapat diunduh pada sistem berbasis Android ataupun iOS.

Adapun langkah melakukan pendaftaran bagi pendonor baru yaitu hanya memasukkan NIK dan tanggal lahir pada saat membuka aplikasi. Bagi pendonor lama maka akan diminta memasukkan nomor yang tertera dikartu donor (kartu didapat setelah berhasil mendonorkan darah). Setelah masuk ke beranda aplikasi, akan terlihat seperti gambar di bawah ini.

Gambar Beranda Aplikasi

Bagi pendonor baru, sila memilih menu Pendonor Baru. Pendonor Lama untuk calon pendonor yang pernah melakukan donor. Format pengisian tidak jauh berbeda dengan versi manual—mencentang kolom ya/tidak disetiap pertanyaan seputar riwayat kesehatan. Menjadi pembeda yaitu di dalam aplikasi, calon pendonor dapat memilih, akan melakukan donor dimana.

Jika sudah melakukan pendaftaran. Selanjutnya, melakukan penimbangan berat badan. Berat badan untuk lolos ditahap ini minimal 45 kg. Setelah itu, pengukuran suhu tubuh. Namun, sejak masa pandemi pengukuran suhu tubuh dilakukan pertama kali, ketika masuk ke PMI. Suhu tubuh normal berkisar antara 36,1 sampai 37,2 derajat celcius.

Tahapan berikutnya adalah melakukan tes darah dengan sample darah calon pendonor yang diambil. Bagi yang baru pertama kali, akan dilakukan pengkategorian golongan darah. Setelah tahu golongan darah, maka akan dilanjut tahap berikutnya. Melakukan cek kadar hemoglobin, atau yang biasa disebut Hb. Menggunakan alat pendeteksi dengan sample darah. Kadar Hb harus mencapai 12-17gr/dl untuk wanita dan 13-17 gr/dl bagi pria.

Apabila kadar Hb tidak mencapai standar tersebut. Maka calon pendonor gagal melakukan donor darah. Petugas biasanya akan memberikan saran dan tip kesehatan untuk menambah atau mengurangi kadar hemoglobin. Saran seperti mengkonsumsi makanan kaya akan zat besi: sayuran hijau, daging merah, atau mengkonsumsi suplemen bagi yang kadar Hb-nya rendah.

Namun, jika Hb tinggi, dapat menjaga pola makan dengan mengurangi konsumsi daging merah, serta minum air mineral yang cukup. Calon pendonor gagal diminta kembali ke PMI setelah tujuh hari, apabila masih ingin mendonorkan darah.

Bagi calon pendonor yang berhasil ditahap tes Hb, langkah selanjutnya adalah pemeriksaan dokter. Calon pendonor akan diperiksa tekanan darah dan denyut nadi. Selama pemeriksaan, biasanya dokter melakukan wawancara singkat mengenai riwayat kesehatan calon pendonor. Tahap ini, dokter yang menentukan apakah calon pendonor memenuhi syarat atau tidak untuk melakukan donor dari hasil tesnya.

Hasil Tes Kesehatan, Layak Donor

Apabila calon pendonor dinyatakan layak untuk mendonorkan darahnya. Maka selanjutnya akan diarahkan ke ruangan donor. Disini petugas akan menanyakan, pengambilan darah di lengan kanan atau kiri. Jika sudah disepakati maka akan diarahkan menuju ranjang yang sesuai dengan pilihan calon pendonor. Jumlah darah yang akan didonorkan bervariasi, tergantung volume kantong dan berat badan pendonor. Volume kantong terdiri dari 350, 450, dan 500 cc.  

Jika sudah selesai pengambilan darah, pendonor akan menerima kartu donor, dua lembar hasil tes kesehatan, dan suplemen penambah zat besi. Satu lembar hasil tes dapat ditukarkan makanan dan minuman ditempat yang disediakan PMI.

Kartu Donor

Serangkaian tes kesehatan yang dilakukan oleh calon pendonor terlihat mudah, bukan. Namun, nyatanya banyak sekali calon pendonor yang gagal. Saya termasuk dari calon pendonor yang sering gagal. Pernah gagal karena berat badan yang kurang dari 45 kg. Kegagalan yang paling sering dialami yaitu kadar Hb yang hanya berkisar di angka 11,7 gr/dl. Sedangkan minimal standar kadar Hb untuk wanita 12 gr/dl. Hanya selisih sedikit di angka koma, tetapi tetap saja, tidak bisa mendonorkan darah. Seringnya mengalami kegagalan, membuat saya jadi termotivasi untuk hidup sehat. Mulai menjaga pola makan, makan-makanan dengan gizi seimbang, dan tidur cukup.

Tidak salah, kan, kalau saya katakan bahwa kebaikan yang sukar dilakukan adalah mendonorkan darah. Meskipun sukar, masih banyak orang yang tidak putus asa untuk berusaha mendonorkan darahnya. Selain karena rasa kemanusiaan, manfaat donor darah telah dirasakan oleh pendonor tetap.

“Ngapain donor, kalau butuh darah juga harus beli.”

Pernah tidak mendengar kalimat serupa dari kalimat di atas. Mungkin, bagi mereka yang mengatakan kalimat tersebut. Belum pernah rasanya memiliki anggota keluarga atau orang terdekat membutuhkan darah. Namun, stok darah habis di PMI. Meskipun memiliki uang, jika stok darah habis, apa yang bisa dilakukan.

Menurut saya tidak tepat jika dikatakan beli darah untuk pasien yang membutuhkan. Kalaupun memang dikenakan biaya, mungkin saja untuk biaya tes pengolahan darah sampai ke tangan pasien. Darah yang sudah berhasil disumbangkan oleh pendonor. Tidak serta merta langsung diberikan kepada pasien. Namun, harus melewati serangkaian tes uji kelayakan dengan menggunakan alat. Darah yang berhasil melakukan uji kelayakan, baru didisitribusikan kepada pasien atau disimpan di bank darah. Penyimpanan pun menggunakan alat khusus.

Bagaimana dengan hasil darah yang tidak lolos uji kelayakan?

Darah akan diperiksa lebih lanjut. Apabila dari hasil pemeriksaan ditemukan penyakit dalam darah. Maka pihak PMI akan mengirimkan surat kepada pendonor dan melampirkan hasil pemeriksaan darah. Pendonor diminta mengunjungi dokter spesialis sesuai diteksi penyakit dalam darah.

Penyakit berbahaya seperti Hepatitis, Sifilis, HIV AIDS, atau penyakit berbahaya lainnya, terkadang dapat terdeteksi ketika seseorang menyumbangkan darah. Ini bukan suatu pernyataan, tetapi kenyataan yang benar-benar terjadi. Saya sendiri menjadi saksi dua orang terdekat, terdeteksi penyakit berbahaya. Untung saja, penyakit tersebut diketahui lebih cepat saat melakukan donor darah. Sehingga nyawanya tertolong dengan pemeriksaan lebih lanjut dan menjalani pengobatan secara intensive.

Ternyata manfaat mendonorkan darah tidak hanya sebatas mengetahui tubuh kita sehat, kan. Namun, mencegah penyakit berbahaya berkembang biak. Ada seorang teman yang pertama kali saya ajak donor. Tiga bulan kemudian, dia yang mengajak saya. Hingga akhirnya menjadi pendonor tetap. Saya iseng bertanya, apa alasannya ketagihan donor darah. Teman saya menjawab,

“Setiap habis donor, badan tuh jadi enteng, terus tidur jadi nyenyak.”

Yuk, donor. Setetes darah sangat berharga bagi yang membutuhkan. Bahkan dapat mencegah kalian dari penyakit berbahaya.


Dwinov Swa





Donor Darah, Pendeteksi Penyakit Berbahaya Donor Darah, Pendeteksi Penyakit Berbahaya Reviewed by Dwi Noviyanti on July 20, 2023 Rating: 5

No comments:

Followers

Powered by Blogger.