Dibutuhkan media bagi penulis pemula membangun kebiasaan menulis. Layaknya pemula, akan selalu ada alasan yang menyertai ketika berhenti menulis di tengah jalan. Padahal seorang penulis profesional melakukan kebiasaan menulis setiap hari diwaktu yang sama.
Tidak harus menulis berjam-jam, cukup luangkan waktu selama lima menit. Lalu
menulislah apa saja yang ada dikepala tanpa jeda dan edit. Pemaparan kebiasaan
menulis tersebut terlontar dari salah satu penulis hebat Indonesia—Dee Lestari,
kala saya mengikuti kelas online yang diselenggarakan oleh komunitas
literasi—Siber Kreasi bekerja sama dengan Kominfo, Gali Ilmu Bersama Dee
lestari – ‘Mulai Menulis Ala Dee Lestari’. Dikatakan bahwa dengan membiasakan
menulis seperti itu, otot tangan akan terlatih dan seiring dijalani akan
menjadi kebiasaan baik, khususnya bagi penulis.
Sebenarnya sangat
mudah, kan, kita hanya butuh waktu lima menit. Namun, hal tersulit adalah
konsistensi dari diri sendiri. Saya pernah mengalami gagal. Ternyata motivasi
yang sempat menggebu, luntur seiring berjalannya waktu. Tidak ada pecutan
sehingga motivasi menulis saya bubar di tengah jalan. Oleh karena itu sebuah
media pembiasaan menulis dibutuhkan bagi pemula untuk menjaga konsistensi.
Saat ini banyak komunitas yang menjadi media yang digadang dengan slogan ‘tantangan menulis setiap hari tanpa henti’. Salah satunya ODOP—One Day One Post. Sebuah komunitas yang diprakarsai oleh Syaiful Hadi yang lebih dikenal dengan Bang Syaiha.
Bermula pada angkatan pertama di
tahun 2015 dan menjaring peserta sebanyak seratus lima puluh. Selama tiga bulan
mereka dikumpulkan dalam sebuah grup WA—Whatsapp,
dibimbing, diarahkan, dan diberi pembekalan materi dasar kepenulisan. Sejak
itulah ODOP secara konsisten membuka pendaftaran anggota baru. Hingga pada
tahun 2022 memasuki angkatan ke-10.
Eksistensi kebaradaan ODOP begitu kentara. Terlihat dari postingan dalam akun IG—Instagram, berbagai kegiatan literasi selalu diselenggarakan. Karya-karya nyata dari angkatan peserta terdahulu terpampang di laman redaksi ngodop.com . Karya yang dimuat dalam redaksi tidak sembarangan. Hanya karya yang dianggap memenuhi standar redaksi yang akan ditayangkan. Adanya standar tersebut karena setiap karya yang ditayangkan akan diapresiasi dengan honor sesuai standar redaksi.
Awal pertemanan saya dengan akun Komunitas ODOP adalah sebuah bentuk kesengajaan. Sengaja mengikuti akunnya karena sebagai syarat mengikuti lomba yang diselenggarakan oleh platform menulis dari Mizan—Rakata. Saya sangat antusias ketika membaca postingan tentang kelas kepenulisan yang diselenggarakan ODOP, ingin mengikuti kelasnya. Namun, sayang, ternyata kelas tidak dibuka umum. Melainkan hanya untuk peserta ODOP dan calon peserta oprec—open recruitment.
Pupus harapan saya menggali ilmu di komunitas tersebut. Namun, saya tidak berputus asa. Demi menghibur diri, saya ikut komunitas sejenis, bergabung bersama peserta yang memiliki hobi yang sefrekuensi—menulis.
Kelas pertama yang saya
ikuti tidak begitu interaktif, panitia hanya menggelontorkan modul dan
membahasnya secara singkat, lalu memberi tugas, dan kelas pun usai. Meski tidak
merasa puas, ada banyak ilmu kepenulisan yang saya serap dari setiap modul dan
kelas yang singkat.
Selang berapa bulan saya kembali mengikuti tantangan menulis disebuah komunitas 30DWC (sedikit info tentang 30 Days Writing Challenge). Kali ini kelas begitu interaktif dan saya mampu menyelesaikan setiap tantangan dengan baik, hingga dinyatakan lulus.
Sebenarnya ingin kembali mengikuti tantangan menulis di sana.
Apalagi saya memegang tiket free
registration karena berkontribusi sebagai tim editor proyek buku antologi
di kelas tersebut. Namun, karena ada hal yang harus saya urusi dan bentrok
dengan bulan puasa. Niat mengikuti tantangan menulis pun saya urungkan. Saya
berhenti menulis.
Beberapa bulan berlalu. Ketika berselancar di IG, saya melihat postingan iklan dari ODOP di beranda. Berisi iklan oprec ODOP batch 10. Sepertinya takdir mempertemukan saya dengan iklan tersebut karena memang pada saat itu motivasi menulis saya sedang terjun bebas. Kebablasan hiatus dan terjerembab dalam alasan yang saya buat-buat.
Dalam iklan, persyaratan utama menjadi peserta oprec harus mengirimkan naskah tulisan dengan ketentuan yang ditetapkan panitia. Calon peserta tidak dipungut biaya sepeser pun. Sesuatu yang membuat ketertarikan saya meningkat. Ternyata hal tersebut merupakan salah satu misi komunitas ODOP—mencetak penulis ideal tanpa mengedepankan unsur materi/bisnis dalam proses belajar.
Namun, tidak serta merta setiap pendaftar yang
mengirim naskah akan diterima. Hanya naskah terpilih yang lolos menjadi calon
peserta. Pemilihan naskah dilakukan oleh tim khusus yang disiapkan panitia dan bersifat mutlak. Ada 28
calon peserta yang lolos dan salah satunya saya.
Ke-28
peserta oprec dimasukkan dalam satu grup besar WA ODOP beserta jajaran panitia.
Kami diberitahukan aturan dasar dalam mengikuti serangkaian kegiatan. Namun,
yang pertama kali harus dipahami yaitu aturan menulis dengan jumlah huruf yang
ditentukan dan melakukan setor tulisan di Gform. Kami pun dipecah menjadi dua
grup kecil—Nusantara dan Bhineka sesuai dengan abjad nama dalam alfabet.
Berhubung nama saya diawali dengan huruf D saya dimasukkan dalam grup
Nusantara.
Grup kecil Nusantara terdiri dari 14 peserta. Memiliki nakhoda dua penanggung jawab yang merupakan peserta ODOP dari angkatan terdahulu—Kak Uta dan Naila—sapaan dari saya. Mereka memiliki karya tulis yang menyilaukan mata bagi pemula seperti saya. Berkat mereka, kami banyak dapat insight baru dan tak lelah menyemangati kami yang sering kali menyapa dengan panggilan bestie.
Serangkaian kegiatan pun kami
lalui dengan semangat menggebu. Kegiatan yang diikuti akan menambah pundi-pundi
poin yang akan diakumulasi sesuai ketentuan waktu dari panitia. Dimana rekapan
poin tersebut berimbas kepada kelanjutan peserta meneruskan kelas atau tereliminasi.
Salah
satu kegiatan favorit peserta adalah SJLD—Satu Jam Lebih Dekat. Kegiatan yang
menjadikan peserta bintang dalam satu jam. Setiap sesi SJLD akan dipilih secara
random oleh panitia dari grup Nusantara dan Bhineka, sebanyak dua atau tiga
peserta. Peserta lain bertanya setelah membaca profil bintang yang sudah
disampaikan sebelumnya. Bagaimana tidak bangga, peserta yang notabene penulis
pemula dijadikan bintang. Hingga memantik motivasi untuk menelurkan karya.
Selain itu ada kegiatan kelas kepenulisan yang dilakukan dua kali dalam sepekan. Kelas yang pernah membuat saya patah hati sewaktu belum menjadi peserta oprec dulu. Semua pemberi materi membuat mata saya terbelalak ketika mengetahui karya-karya yang sudah ditelurkan.
Bukan hanya mendapatkan ilmu tetapi wawasan baru tentang
dunia literasi. Memanfaatkan media sosial sebagai sarana membangun identitas
diri sebagi penulis. Impian saya yang semula hanya ingin mencetak buku, kini
merambah ke hal lain. Saya ingin menjadi writerpreneur
seperti pemaparan materi oleh MS Wijaya. Materi tersebut benar-benar membuka
mata untuk lebih memberdayakan tulisan saya.
Selain kedua rangkai kegiatan tersebut di atas, ada kegiatan lain seperti; Blog Walking—membaca dan meninggalkan jejak komentar di blog peserta lain, bedah tulisan, dan tantangan yang berbeda setiap pekannya.
Tantangan yang saya ingat
sejak pekan pertama yaitu menjabarkan tujuan menulis, mengulas buku non fiksi,
menulis cerpen, menulis puisi, menulis opini, menulis cerbung selama lima hari
berturut-turut, mengulas cerpen, menulis esai, dan lainnya, mungkin. Saya tidak
tahu pasti, kapan tantangan menulis di kegiatan oprec ODOP batch 10 berakhir.
Pengalaman
mengikuti kelas menulis di komunitas lain, membuat saya berpikir bahwa kegiatan
oprec hanya sampai tiga puluh hari. Sehingga lengah ketika memasuki tantangan
hari ke-31 karena tidak menyiapkan tulisan. Toh, kelas akan berakhir, pikir
saya. Namun, nyatanya setoran tulisan masih berlanjut, rangkaian kegiatan pun
masih berjalan, bahkan tantangan kian sulit. Saya merasa kelimpungan karena
harus menyiapkan tulisan secara mendadak dan melakukan self editing ala kadarnya.
Begadang
sudah menjadi rutinitas yang tidak terelakkan kala tantangan menulis menyapa.
Apalagi kalau kondisi kurang fit, anak sakit, atau kerjaan di kantor menumpuk,
sehingga menyita waktu dan sulit untuk menulis. Namun, berkat support system yang diberikan oleh
penanggung jawab grup kecil dan seluruh warga Nusantara, saya dapat
menjalaninya sampai saat ini. Semangat peserta menjadi kekuatan bagi peserta
lainnya agar saling merangkul dan bersama-sama melangkah hingga garis finish. Meskipun sangat disayangkan
bahwa grup kami kehilangan dua peserta.
Hai Kak Amel—si bontot, Bunda Nisa—sepuh paling semangat, Mba Dyah—calon blogger hebat, Mba Maya—guru GILA, Mba Hilmi—penyuka puisi, Mba Eva—si paling rajin setoran, Mba Leta—peramai Nusantara, Kak Asrani—penyuka bunga tulip, Kak Zahro—si semangat ngejar S2, Mba Heni—sang pustakawan, Kak Edwin—si paling ganteng, dan saya sendiri—Dwinov Swa. Yuk, tetap semangat menjalani rangkaian kegiatan oprec yang katanya sebentar lagi selesai, katanya.
Meskipun diperpanjang waktunya, saya rasa kami setuju-setuju aja, ya gak, bestie. Lah wong kemarin saja Mba Leta bertanya tentang grup Nusantara. Apakah ketika kami lulus grup dibubarkan atau masih boleh bergabung. Pertanyaan itu disambut peserta lain dengan harapan grup jangan dibubarkan. Artinya, kami sudah seperti keluarga meski tanpa saling bertemu secara fisik. Ada ikatan yang begitu dalam meskipun hanya sekedar dari membaca tulisan. Yuk, bisa yuk selesaikan tantangan. Jangan sia-siakan pengorbanan dan perjuangan yang sudah sejauh ini dilewati. Semangat, ya, bestie.
Namaku disebut dong. Nanti kalau sudah pada lulus, masih ingat aku ga ya?🥺
ReplyDeleteMasih dong, masih lupa sama anak bontot se-Nusantara, enggalah :)
DeleteSejatuh cinta itu memang saya juga sama ODOP dan grup nusantara. Baru kali ini ketemu kelas online yang membuat saya terpana.
ReplyDeleteBener banget, saya pun baru kali ini masuk komunitas yang para pendahulunya udah banyak karya mentereng, tapi ngerangkul kita banget. Love you full ODOP, tentunya kalian juga warga se-Nusantara ... saranghae, muach ;p
DeleteTulisannya keren sekali kak. Selalu suka dengan tulisannya.
ReplyDeleteHai Kak, kamu pun makin keren loh tulisannya. Kita jadi sama-sama bertumbuh di sini. Keep silaturahmi, ya ... :)
DeleteSecara garis besar perjalanan kita hampir sama, menempuh dari kelas satu ke kelas lainnya, hihi. Tapi, Kak Dwi yang paling mantap, sih. Dalam mengembangkan bakat dan minat memmang dibutuhkam inisiatif diri untuk belajar, salah satunya dengan cara mengikuti kelas menulis ini. Dengan begitu kemampuan menulis akan berkembang seiring dengan relasinya juga. Aku juga beruntung bisa mengikuti KPREC ODOP karena teman dari satu komunitas menulis sebelumnya.
ReplyDeleteSelamat, ya, Kak Dwi udah berhasil stay dan surviva sampe sejauh ini. Keren banget. Semoga bisa konsisten dan semakin sukses di dunia kepenulisan. Semangat, see you di ODOP X! 🤍
Hai Kak Vina, sukses selalu juga untuk dirimu.
DeleteSee you next day in graduation oprec ODOP batch 10, ya ... :)
Perjuangan bener nih. Semangat dan selamat ya!
ReplyDeletePerjalanan baru dimulai, Pak RT, Hehehe, salam kenal dan mohon bimbingannya :)
Delete