Me Time

 


Me time—waktu khusus menyenangkan diri tanpa diganggu—istilah yang tercipta oleh pemikiranku sendiri. Aktivitasnya beragam, sesuai dengan hobi setiap individu. Ada yang menghabiskan waktu dengan berbelanja, membaca buku, perawatan tubuh, atau hanya berjalan kaki. Seperti aku yang menghabiskan waktu berjalan tak tentu arah menunggangi Mamang—sepeda listrikku.

Khusus hari Jumat selepas bekerja, sesampainya di stasiun—tempat kutitipkan Mamang. Aku tidak langsung pulang. Melainkan berkeliling menikmati malam diiringi alunan nada dari wireless earbuds yang terpasang. Ketika lapar dan dahaga menyergap, aku akan singgah ke kedai yang kutemui, atau membeli dari pedagang pinggir jalan yang menjajakan dagangannya. Terkadang berujung pada sebuah obrolan ringan antara aku dengan pedagang. Namun, tidak jarang aku pergi menghabiskan Jumat malam bersama teman, hingga pulang larut.

Sebagai single parent aku rentan mengalami konflik batin. Terutama ketika pekerjaan sedang tidak bersahabat, keletihan mendera, dan masalah lainnya yang membuatku emosional. Terkadang hanya perkara sepele akan memantik emosi yang tersulut, berujung menyakiti Wulan—anakku. Hingga akhirnya timbul penyesalan. Aku tidak ingin hal serupa terjadi. Membuatku harus mensiasatinya dengan membuat jadwal me time. Diantara ketujuh hari, aku memilih hari Jumat karena keesokan harinya libur bekerja—quality time bersama Wulan.

Tiap kali pulang larut, aku selalu membawa buah tangan—menebus keterlambatanku. Bukan hanya kepada anakku, melainkan kepada Mama—neneknya Wulan. Mama tak suka ketika aku terlambat pulang karena artinya beliau harus menjaga cucunya lebih lama. Itulah sebabnya, aku selalu bertanya kepada Oliv—kakak sepupu Wulan yang tinggal di rumah.

“Oliv, tanyain Wawa, mau dibeliin apa. Kakak pulang malam soalnya.”

Oliv hanya akan menjawab pesanan Mama tanpa bertanya aku pergi kemana atau dengan siapa. Meskipun, terkadang aku mencuri dengar ketika Mama bertanya aku pergi dengan siapa. Namun, Oliv pura-pura tidak mendengarnya. Dia paham, sebesar apa beban yang ada di pundakku. Sehingga butuh waktu menghibur diri sendiri.

Selain bertanya kepada Mama. Aku pun bertanya kepada Wulan, apa yang dia inginkan melalui panggilan video.

“Wulan, mau nitip apa?”

“Mama, dimana?”

“Mama, lagi makan sama teman.”

“Halo Wulan, Lan ... Mamanya pinjem dulu, ya ….” ujar temanku.

“Itu, Om, kan, temen kantol Mama?”

“Ha-ha-ha, dia inget sama lu,” selorohku kepada teman, “Iya, Lan, itu teman Mama yang waktu itu ketemu di kantor. Jadi, Wulan mau titip beli apa?” lanjutku bertanya.

“Beli apa, ya … hm … Wuyan binun, Ma.”

“Ha-ha-ha, anak kecil bisa bingung juga, ya, ha-ha-ha,” kelakar temanku, “Yaudah nanti om beliin coklat, aja ya,” lanjut temanku.

Teman-teman yang sudah mengenalku, pasti akan mengerti. Mengajakku jalan berarti membelikan Wulan jajan pula. Meskipun sebenarnya aku tidak pernah meminta mereka.

Buah tangan yang aku bawa akan dinikmati bersama. Tidak hanya dinikmati rasanya, melainkan menjadi bahan wacana obrolan panjang antara kami—aku, Mama, Oliv, dan Wulan. Hingga waktu bergulir dengan cepat. Ya, hari Jumat menjadi hari istimewa buatku dan bukan hanya sekedar me time.

 

 

 

Penulis: Dwinov Swa

Me Time Me Time Reviewed by Dwi Noviyanti on July 04, 2022 Rating: 5

15 comments:

  1. Ide bgs tu ttg quality timenya. Ak prnh baca jg kl Rasulullah itu mngjk org trkasihnya berjalan², MasyaAllah, Begitu indah Islam mengajarkan segala kebaikan, untuk umatnya. Bahkan dalam urusan rumah tangga begitu detailnya diterangkan bagaimana pahala bila suami mengajak jalan-jalan istri dengan perasaan Ikhlas dan bahagia. Dlm kasus Wulan dan Mama juga berlaku dong ya.

    hmm... healing iya dpt pahala sunnah iya.. keren bgt tuh, lnjut dong cerpennya nyandu tauuk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar banget Kak Leta, islam sudah mengatur sedemikian apik. Karena keramat saya di dunia tersisa Mama, jadi berusaha untuk menyenangkan beliau. Eh, ditambah dapat amanah si Wulan sebagai tim hore. Jadi kadang kalau kencan bertiga jadi rame. Senangnya dapat dan insyaallah berpahala :)

      Delete
  2. Ya Allah.. me time nya kok aku banget yaaaa.. jalan sendirian tak tentu arah. Kalo lelah, nongkrong di manapun hati ingin singgah . Bahagia terus yaaa dek Dwi sayang .. peluk dari jauh 🤗

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tos Mba ... fix kita satu klub, si tukang jalan tanpa tujuan ... he-he-he
      Aamiin, insyaallah Mba, sini-sini, berpelukan .... :d

      Delete
  3. Quality time bersama anak-anak memang harus diagendakan ya kak....menanam cinta dan kasih sayang buat anak kita

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, itu harus banget, Kak. Apalagi sebagai ibu yang bekerja di luar. Kudu wajib meluangkan waktu bersama anak.

      Delete
  4. Sesekali me time tuh emang mengasyikkan ya, melepas penat di sela-sela rutinitas yang membosankan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untuk menjaga kewarasan di zaman sekarang, itu harus banget Kak Amel.
      Yuk me time, yuk ;p

      Delete
  5. me time memang perlu ya kak, saya juga memerlukan me-time untuk menjaga kewarasan hehe

    ReplyDelete
  6. Wah bener tuh kak, me time ku sebulan sekali pasti jalan sama teman, dan itu bisa seharian full waktunya.

    ReplyDelete
  7. me time nya oke banget mbak, apalagi ibu-ibu pekerja seperti saya, memang perlu me time biar gak mumet, heheheheh

    ReplyDelete
  8. Me time memang sangat perlu kak sebagai bentuk penghargaan atas diri kita karena lelahnya bekerja. Jadi me time ini buat nenangin pikiran kita. Me time juga bentuk dari mencintai diri sendiri.

    ReplyDelete
  9. me time memang sangat baik dilakukan

    ReplyDelete
  10. Suka tulisannya begitu mengalir dan menyentuh. Sama euy salah satu pilihan me time saya juga jalan kaki ☺️

    ReplyDelete

Followers

Powered by Blogger.