Awal mula konflik rumah tangga Dinda
terendus oleh Mamanya. Kala Haikal—suami Dinda jarang pulang. Padahal, kini ada Rasa—anak Dinda dan Haikal, berusia empat bulan. Bayi yang dinanti selama
empat tahun kehadirannya.
“Din, Haikal kok, jarang pulang, memang
dia gak kangen sama Rasa?” tanya Mama.
Dinda selalu menjawab dengan alasan Haikal sibuk bekerja. Namun, pada suatu hari akhirnya dia bercerita tentang kebenaranya. Dia terdesak oleh pertanyaan yang hampir setiap hari Mama lontarkan.
“Haikal sudah punya istri lagi, Ma,”
kata Dinda lirih.
“Astagfirullahalazim ….”
Mama terperanjat sekaligus iba terhadap
nasib anak perempuannya. Malam itu, tembok pertahanan Dinda runtuh. Mengalir
semua rahasia yang selama ini terpendam. Haikal menikahi perempuan lain tanpa
sepengetahuannya. Hingga suatu hari ketika pernikahan itu terendus. Tanpa
rasa bersalah, Haikal mengatakan alasannya menikah kepada Dinda.
“Kalau aku tidak menikahi dia. Kamu
tidak akan bisa hamil dan melahirkan
Rasa.”
Mama yang mendengar alasan Haikal
menikahi perempuan lain, hanya menggeleng. Persis seperti responnya ketika
mendengar langsung. Otak mereka tidak mampu menangkap maksud dari perkataan
Haikal. Hamil, melahirkan, dan menikah lagi. Kaitannya apa? Selalu berakhir
tanya dalam benak Dinda.
“Kenapa jadi nurunin Mama sih, Din,”
Mama terisak. “Ini rumah tangga kamu, Mama sudah tidak berhak mencampurinya,
tapi … apapun pilihan yang kamu ambil. Mama akan selalu dukung. Kamu yang kuat,
yang sabar, jangan lupa minta bantuan Allah, ya, Din,” lanjut Mama seraya memelukku. Rasa menggeliat dalam
pangkuan Mama karena terhimpit.
***
Dinda tengah mengemas perlengkapan Rasa,
pakaian Mama, dan pakaiannya. Esok, mereka hendak menghadiri undangan akikah
adik ipar. Selain memenuhi undangan, ada misi yang tengah direncanakannya.
Dia ingin bertemu keluarga besar Haikal dan meminta nasihat atas nasib rumah
tangganya. Sudah lebih tiga bulan suami menelantarkan dirinya dan Rasa.
Waktu menunjukkan pukul 22.30 WIB. Tanpa
permisi dan salam, suaminya menerobos masuk ke kamar tanpa sepengetahuan Mama
yang tengah berada di bawah. Seolah mendahului rencana Dinda agar perbuatan
busuknya tidak terendus oleh keluarga besar Haikal.
“Lu simpan di mana buku nikahnya? Sini,
biar gue urus. Lu mau cerai, kan?” tutur Haikal seraya mengobrak abrik isi
lemari.
“Sudah kuurus, kamu tunggu panggilan
aja,” jawab Dinda.
Haikal melihat tiga kantong besar berisi
pakaian miliknya yang tergeletak di depan kamar. Seketika memancing emosinya.
“Gue udah bangun rumah bobrok lu jadi
kaya gini, terus lu mau nendang gue dari sini, hah!” geram Haikal. “Keluarga lu
emang gak tau terima kasih, yah. Dasar cewek dan keluarga yang gak tau diuntung!” hardik Haikal.
“Engga ada yang nyuruh bangun rumah.
Kamu yang maksa bangun. Bahkan kamu yang nyuruh Mama untuk ngejual rumah. Dan …
jangan lupa, rumah ini dibangun pake uang Mama lebih banyak dibanding uang
kamu, jadi jangan sok berlagak,” runut Dinda.
“Gue akan pastiin kalau hak asuh Rasa akan
jadi milik gue,” gertak Haikal.
“Oke, kita lihat nanti!” tantang Dinda. “Jadi, saya minta anda keluar dari kamar ini!” usirnya.
“Sebentar, gue mau cium Rasa dulu,”
tampik Haikal.
“Untuk apa! Kamu bilang Rasa akan jadi milik
kamu. Buat apa kamu cium dia sekarang. Kasih aku kesempatan menikmati sisa
waktu bersama dengan dia,” sergah Dinda.
Namun, Haikal menerobos dan mendekati
Rasa yang terlelap, seraya berkata, “Kamu di sini dulu ya, sama bunda. Nanti
ayah jemput, kita akan bareng terus,” racau Haikal.
Plak. Satu tamparan mendarat di pipi
Haikal. Dia hanya tersenyum sinis melihat ekpresi istrinya yang tengah terbakar
api amarah.
“Kamu ... mau pergi atau aku akan teriak,”
geram Dinda.
“Maaf ya, bunda. Sebentar lagi kamu akan
kehilangan Rasa,” ujar Haikal seraya menyeringai dan meninggalkan Dinda yang
tengah di kuasai amarah.
“Argh
…! Langkahi dulu mayat gue kalau lu mau bawa Rasa,”
tutur batin Dinda seraya melihat punggung Haikal yang kian menjauh.
Dinda gamang, teringat kebohongan yang
terlontar dari mulutnya. Jangankan bersiap untuk bertarung merebut hak asuh. Langkah
awal mengurus perceraian saja dia tidak tahu. Harus mulai dari mana dan berkas
apa yang harus disiapkan.
Bersambung
….
Ya Allah semoga Haikal diberi petunjuk. Sebaik2 ap wnta d luar sana, lbh mulia istribd rmh. Aplg istri sdh mnjga ank dan mnjga khormatannya drmh, dan sdh mnutup aib suami bhkn trhdp ibunya sndri, smbung ya pnsaran. Dinda kamu kuat
ReplyDelete