Memasuki
usianya yang ketiga tahun, Wulan—anakku mulai belajar mengenal huruf abjad.
Tiap kali aku setel video menyanyi abc, dia akan turut mengikutinya. Meskipun
hanya sekedar gumaman semata, tapi tak jenuh dia nyanyikan. Akhirnya dia sudah
sedikit hafal. Lalu aku mencoba mengetesnya dengan menunjuk huruf secara
random. Sebagian huruf sudah dia hafal, tetapi di bagian huruf ke-10 dan seterusnya
masih terbata. Sehingga aku mencoret-coret tembok kamar dengan menulis 26
huruf abjad—berupa huruf kapital dan kecil.
“Ini
huruf apa, Lan?” Aku menunjuk huruf P. Namun, Wulan hanya diam, karena tidak
tahu itu huruf apa.
“Kalau
bingung, Wulan nyanyi abc aja, sambil ditunjuk hurufnya. Nanti nyanyinya
berhenti di huruf yang Mama tunjuk, yuk kita coba nyanyiin.”
“A-b-c-d-e-f-g-h-i-j-k-l-m-n-o-p … P, Ma. Itu
uyup P.”
“Pintar!
lagi ya, kalau huruf ini, huruf apa?” kutunjuk huruf U.
“A-b-c-d-e-f-g-h-i-j-k-l-m-n-o-p-q-r-s-t-u
… U, itu uyup U.”
“Ye …
anak Mama pintar,” pujiku, “Jadi … kalau Wulan bingung itu huruf apa, Wulan
nyanyi abc aja.”
***
Suatu
malam ketika aku melipat pakaiannya di kamar. Dia memintaku menjawab huruf
abjad yang dia tunjuk. Aku menjawab dengan huruf yang salah.
“Sayah, no-no ini butan uyup W. Coba de, Mama nani abc.”
Aku
terpingkal, dia persis mengikuti perkataannku kala mengajarinya. Kami bernyanyi
bersama dan berhenti di huruf yang dia tunjuk.
“Ini uyup
H butan W. Mama uda tau kayam.”
“Ha-ha-ha,
iya Mama udah tahu sekarang.”
Hingga beberapa kali dia mengajari aku huruf abjad, tapi selalu aku jawab dengan salah. Akhirnya dia kembali sibuk menyanyi abc agar mengetahui huruf apa yang dia tunjuk. Dia semangat sekali mengajari mamanya belajar. Mungkin dia bercita-cita menjadi guru, pikirku. Namun, ketika aku tanya ternyata jawabannya tidak seperti yang kupikir.
“Lan,
kalau sudah besar mau jadi apa?”
“Engga
tau.”
Sungguh
jawabannya di luar perkiraan. Biasanya ketika aku bertanya dengan anak-anak seusianya,
akan mantap menjawab, jadi: guru, pilot, dokter, pemadam, astronot, youtuber,
atau polisi. Meskipun jawabannya akan berubah-ubah sesuai dengan yang jadi
tontonan. Namun, tidak dengan Wulan, dia hanya menjawab tidak tahu dari
sekian profesi yang dia ketahui.
“Tak apa-apa, Lan, jika kamu belum tau mau jadi
apa. Masih banyak potensi yang bisa kamu gali ketika beranjak dewasa nanti. Selama
baik untuk dirimu, tidak merugikan orang lain, agama, dan negara. Insyaallah,
Mama akan selalu dukung,”
ujarku dalam hati.
Penulis: Dwinov Swa
Haha anak² emmg gtu ya beb, ia emmg mmbeo bgt. Ap yg kt itu bs kyk boomerang bs balik lg k kt. Ak prnh blg sm anakku wktu ia mnta ambilin sstu, ambil sndri dia blg g bs. Ak jwb nnti g bs bnran. Pas saat ak blg g bs spintan dia blg dg gaya ak ngmg dlu, tar g bs bnran looh
ReplyDeleteHahaha, iya, banget Kak. Kaya ketulah omongan sendiri melalui anak :d
DeleteEnk bgt bc tulisannya saay... kyk g sdg bc tp kyk sdg ada dlm crtanya itu, feel real
ReplyDelete