Tantangan pekan kedua oprec ODOP batch 10 adalah mengulas tulisan nonfiksi seseorang. Calon peserta
harus memberi keterangan, seperti: Siapa penulisnya, jenis nonfiksi apakah
tulisan, sumber tulisan darimana, dan mengapa tulisan tersebut menginspirasi.
Keempat keterangan tersebut menjadi
ketentuan wajib yang harus ada dalam tantangan kali ini. Sejujurnya saya belum
pernah melakukan resensi atau mengulas sebuah buku. Namun, berkat tantangan ini
saya jadi harus belajar untuk mengeksekusinya dengan baik.
Kebetulan saya memiliki buku dari
seorang teman penulis atau lebih tepatnya seorang mentor dikepenulisan. Jamal
Irfani namanya. Saya biasa menyapa dengan panggilan Mas Jamal. Dua buku beliau
sudah ada ditangan saya sejak Februari lalu, tetapi kesibukan membuat saya baru
membaca satu bukunya.
Berkat tantangan ini saya jadi teringat
buku yang belum saya baca itu. Meskipun kedua buku beliau sama-sama
nonfiksi—otobiografi, tetapi saya memilih buku ini yang akan saya ulas. Alasannya
karena menginspirasi saya menulis untuk seseorang yang berarti dalam hidup.
Dalam buku ini sang ayah yang menjadi porosnya. Sedangkan saya menulis tentang
anak saya, bahkan membuat tema tulisan—All
About Wulan selama masa oprec.
Buku mungil yang selesai saya baca
memuat tentang otobiografi sang penulis. Membacanya hanya butuh beberapa
jam. Itu artinya, buku ini membuat pembaca ingin terus membacanya hingga akhir.
Bahasa yang digunakan sangat ringan dan komunikatif. Penulis menuliskan setiap
kalimat dengan diksi yang baik. Pembaca seolah-olah sedang mendengarkan
ceritanya secara langsung. Berikut adalah keterangan buku yang ingin saya ulas:
Judul Buku: Secangkir Kopi untuk Bapak
Penulis: Jamal Irfani
Halaman: 184 lembar
Penerbit: One Peach Media
ISBN: 978-623-5515-56-4
Jenis Tulisan: Non Fiksi—Otobiografi
Blurb:
Kamu
bisa saja menggunakan sebutan apa pun bagi pria itu. Bapak, ayah, papa, papi,
atau apa pun. Apa pun panggilan yang tersemat, sebagian dari kita akan memiliki
rasa hampir serupa tatkala memandang wajah tegarnya. Rasa cinta dan rindu yang
berpadu jadi satu.
Buku
ini merupakan kumpulan kisah seorang Jamal Irfani bersama sang ayah. Rindu,
sayang, ingin bermanja, hingga merasa malu, dan bersalah tertuang dalam buku
mungil ini. Nikmati kisah murungnya seorang anak yang ingin bermain dengan sang
ayah, kebencian hebat ketika rencana besar bersama sahabat “digagalkan”, hingga
keinginan mengungkap rasa sayang dengan tulus kepada pria yang biasa ia panggil
“Bapak”.
Buku
ini memang tidak menyajikan untaian kalimat indah penuh hikmah. Namun, melalui
buku ini, kamu akan menemukan ingatan masa kecil yang telah berlalu, keriangan
yang tercipta manakala digendong ayah, hingga kenangan akan air liurmu yang
menetes deras ketika ia memasak masakan kesukaannya. Apa pun itu, selamat
menikmati untaian memori yang tersuguh melalui buku ini. Lalu, sampaikan
sayangmu padanya, atau doakan ia jika telah tiada.
Dalam buku terbagi beberapa bab. Uniknya
setiap bab dinamai dengan jenis kopi yang berbeda, yaitu: kopi susu, kopi tubruk,
kopi pahit, dan kopi jahe. Buku ini tidak membahas tentang kopi secara khusus.
Tidak sama sekali. Penulis hanya mengambil filosofi dari jenis-jenis kopi.
Meskipun tidak dipungkiri, tokoh dalam buku benar-benar nyata meneguk secangkir kopi.
Kopi Susu
Kisah berawal dari seorang anak lelaki
kelas 3 SD yang dengan bangga meracik kopi untuk bapak dan ibunya setiap hari
libur. Dalam bab ini, pembaca akan diajak melihat sosok bapak dimata anak
kecil. Bagi pembaca kelahiran tahun 90-an akan sangat menikmati suguhan ragam
permainan jadul yang di ulas apik oleh penulis.
Kopi Tubruk
Anak kecil itu, kini berubah beranjak
remaja. Layaknya remaja yang tengah mengalami pubertas, emosi cenderung tidak
labil. Memiliki pemikirannya sendiri tanpa menghiraukan orang lain termasuk
kedua orang tuanya terutama sang bapak. Bab ini membuat pembaca melihat
gambaran kasih sayang bapak yang pendiam—tertulis rapi di sub bab berjudul
‘Tak Terindra Bukan Berarti Tak Ada’.
Dalam kopi tubruk memperlihatkan kelabilan
seorang anak dalam memilih jurusan perguruan tinggi. Hingga terjadi sebuah
insiden yang mengjungkirbalikkan kehidupan si anak. Sang bapak yang selama ini
tak terindra, kian nyata mendampingi anak dalam setiap kesukaran.
Kopi Pahit
Sejatinya kopi pahit, pasti akan terasa
pahit ketika diminum. Begitu pula dengan setiap kisah yang tertuang dalam bab
ini. Amarah, kesedihan, kecewa, dan romansa dari pasangan berumur mewarnai dalam kopi pahit. Emosi pembaca akan di buat turun naik bak roller coaster.
Kopi Jahe
Apapun kejadiannya, kehilangan orang terkasih akan selalu menyisakan duka mendalam. Begitu pula yang dirasakan sang bapak. Pembaca akan diajak melihat, bagaimana pengalihan seorang suami bertahan hidup tanpa belahan jiwa disisinya. Sebuah ponsel mampu membuat kehidupan sepinya menjadi berwarna. Hingga petualangan diusianya yang senja menjadi pengalaman yang sangat berarti. Ada senyum yang akan terulas ketika melihat keluguan dan kepolosan dari bapak dalam bab ini.
Akhir kata dari saya sebagai pembaca. Buku ini mengingatkan dengan pepatah lama yang disadur penulis, “Kasih sayang orang tua sepanjang
jalan.” Seperti itulah penulis menggambarkan sang ayah yang akan terus memberi
kasih sayangnya sepanjang hidup.
Penulis:
Dwinov Swa
Tulisannya bagus dan sangat bermanfaat kak.
ReplyDeletekeren kak bukunya, nambah bacaan q ini kak, makasih ya kk sahringnya, menyadarkan q banyak hal.
ReplyDelete