Saling Mengingatkan

 


Sejak Wulan—anakku, masih balita dan sudah dapat berinteraksi dengan orang. Aku mulai melatih membuang sampah pada tempatnya. Selain mengkomunikasikan dengan berbicara langsung. Aku pun memberi contoh dengan aksimembuang sampah pada tempatnya.

Pertama-tama dia belum terbiasa. Ditambah, tempat sampah terletak di dapur—berjarak cukup jauh dari kamar. Suatu hal sulit bagi balita yang baru bisa berjalan. Membuatnya kerap kali membuang sampah sembarang. Namun, aku tak pernah bosan mengingatkan untuk buang sampah pada tempatnya.

Hingga suatu hari, aku menemukan video animasi tentang membuang sampah. Cerita fabel yang Wulan gemari. Dalam video, terdapat tokohdua ekor panda menjadi dokter hewan tepi pantai. Ketika berjaga dalam klinik, terdengar suara alarm—kode bantuan, dari arah pantai. Membuat mereka bergegas menghampiri. Ternyata ada seekor burung belibis yang paruhnya terjebak lubang botol bekas. Mereka pun membantu burung untuk melepaskan botol dari paruhnya.

Setelah menolong burung belibis, tak lama terdengar suara minta tolong dari sisi pantai lain. Ketika didekati terlihat seekor kura-kura besar tengah menangis seraya menggiring anaknya yang kesakitan. Mulut sang anak terjerat kantong plastik. Kedua dokter pun membantu melepaskan jeratan plastik dari mulut anak kura-kura.

Setelah kedua dokter menyelesaikan pekerjaan. Mereka kaget, melihat sekitar pantai. Ternyata pantai tercemar beragam sampah. Itu yang menyebabkan hewan-hewan yang tinggal di sana terluka. Akhirnya mereka meminta seluruh hewan membersihkan pantai dan membuang sampah pada tempatnya.

Sejak saat itu Wulan yang masih balita tergerak untuk membuang sampah pada tempatnya. Setiap dia buang sampah, selalu mengatakan hal sama.

“Uam pa mpa pa, yay tam na ki.”

Dia selalu mengatakan, kalau buang sampah di tempat sampah biar binatang tidak sakit. Aku dan keluarga hanya tertawa dan mengangguk menyetujui perkataannya. Setelah kejadian itu, aku sering mengunduh video serupa yang mengedukasi membuang sampah pada tempatnya.

Hal baik ini tertanam dalam otaknya dan senantiasa dilakukan, kapan dan di manapun dia berada. Bahkan, jika di jalan tidak bertemu tempat sampah, dia akan menitipkan sampahnya kepadaku. Namun, terkadang dia manaruh bungkus cemilan di sisinya kala tengah asyik bermain. Membuatku tak suka melihatnya.

“Wulan, buang sampahnya di tempat sampah dong,” ujarku.

“Iya Ma, iya. Wuyan main duyu, nanti dibuam.”

Mendengar jawabannya, wajahku merengut, dan menatapnya tanpa henti. Membuat dia jengah, hingga akhirnya membuang sampah lalu melanjutkan main.

***

Suatu sore setelah pulang kerja. Aku memakan makanan dalam wadah kertas, tapi lupa membuang sampahnya—teronggok di atas mesin cuci depan kamar mandi. Tiba-tiba Wulan menghampiriku dengan raut marah membawa wadah kertas tersebut.

“Mama! Ni bekas Mama, kan. Buam ketempat sampa. Mama gimana si,” sosornya.

“Oh iya, Mama lupa.” Aku ambil wadah kertas tersebut dan membuang ke tempat sampah ditemani tatapan tajam matanya.

“Gitu dom, Mama lupaan.”

Aku hanya tersenyum kala dinasehati oleh anakku yang masih kecil. Dia ingat untuk selalu membuang sampah pada tempatnya. Bukan hanya karena kotor, tapi demi menjaga lingkungan dan binatang-binatang yang kerap kali menjadi korban. Kalau bukan kita sendiri dan orang disekitar, lalu siapa yang akan menjaga bumi—nasihat yang sering kulontarkan. Hingga akhirnya, membuat kami, saling mengingatkan.

 

 

 

Penulis: Dwinov Swa

Saling Mengingatkan Saling Mengingatkan Reviewed by Dwi Noviyanti on June 27, 2022 Rating: 5

17 comments:

  1. Video make practice. Keren ih wulan kecil² udh pinter sekaliii, mau g jd mantuu tanteee hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Video make parctice. Itu betul banget Kak Leta, lebih mudah mengedukasi anak-anak kecil. Mamanya aja belom ada pasangan, masa anaknya duluan, hehehe

      Delete
  2. Anak adalah peniru ulung. PR banget yg nantinya bakal jadi orang tua, kalau mau anaknya baik pasti induknya harus baik jg

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget Kak Amel. Bukan hanya sekedar teori. Kalau anak mau kita minta melakukan sesuatu, yah kita dulu yang harus melakukannya.

      Delete
  3. Wahh hebat Wulan. Dah pintar buang sampah pada tempatnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa karena terbiasa, ya kan, Kak. Yuk, buang sampah di tempatnya, hihihi :D

      Delete
  4. Anak kecil cepat sekali tertanam berbagai hal di otaknya. Semoga kita orang tua bisa terus mengajarkan dan mencontohkan kebaikan untuk anak2 kita. Salam sayang wulan...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya benar kak. Selama yang kita tanam kebaikan. Insyaallah akan membawa manfaat untuk dirinya kelak. Semoga kita (orang tua) selalu jadi suri tauladan buat anak-anak kita dalam kebaikan. Aamiin

      Delete
  5. wah.....wulan hebat ya, sama seperti mamanya, semoga besar nanti jadi anak sholeh ya nak...aamiin...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin yaa robbal allaamiin, terima kasih doanya, Mba. Doa terbaik untuk Mba juga :)

      Delete
  6. Keren Wulan sudah terbiasa buang sampah ke tempat sampah 👍🏻👍🏻

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa karena terbiasa. Semoga berlanjut sampai dewasa kebiasaan baiknya. aamiin.

      Delete
  7. Wulan pinter bgt ya kak. Tingkahnya sangat menginspirasi. Ceritanya sangat bagus dan memotivasi kak.

    ReplyDelete
  8. kalau dulu waktu anakku SD sering seklai kalau nyuci bajunya khususnya di sakunya ada sampa kemasan makanan, kayaknya pas dia makan karean gak lihat tempat sampa disekitarnya dia sakuin dulu sampah nyabsampai dia lupa

    ReplyDelete
  9. Memang betul ya...nasihat terbaik itu adalah memberi teladan. Wulan hebat ya masih kecil sudah mencontoh hal-hal baik

    ReplyDelete
  10. wulan pinter nih,bisa mengingatkan mama juga, jadi anak yang pintar ya

    ReplyDelete

Followers

Powered by Blogger.