Jika anak
balita lain membenci sayur, berbeda dengan Wulan—anakku, dia menyukai
sayuran. Salah satu sayur kesukaannya adalah brokoli. Sayur yang jadi musuh bagi
kebanyakan anak seusianya. Jangankan anak lain, aku sendiri pun tidak menyukai
si hijau berbonggol ikal nan hijau itu.
“Mam yul,
ceat Ma,”
Kalimat
ajaibnya—makan sayur sehat, selalu terlontar kala dia ingin makan sayur atau
ketika dapat melakukan sesuatu. Selain brokoli dia pun menyukai wortel, bayam,
jagung, kubis, tomat, terong, seledri, dan jenis sayur lainnya. Dia akan memakan sayur dengan
suka rela dengan syarat tidak pedas, termasuk pedasnya lada.
Beberapa
anak tetangga yang seusia jika melihatnya makan, minta disuapi. Padahal
ibu si anak memasak sayuran sama seperti makanan Wulan. Hingga terkadang
mengundangnya ke rumah untuk makan bersama.
“Mamanya
Wulan, kok bisa Wulan makan sayur tanpa dipaksa, engga kaya Arkan—anak saya.
Susah … banget,” kata tetanggaku.
“Saya juga
bingung, Mba. Padahal dari dulu tidak pernah maksa Wulan makan sayur. Pertama
kali kasih dia sayur pas MPASI dulu. Awalnya buat pure sayur dan buah, pas mulai masuk 6 bulan. Bubur yang saya buat sering dicampur sayur-sayuran ke dalam racikan buburnya, termasuk
brokoli—musuhnya anak-anak, he-he-he,” kelakarku.
“Iya, ya,
gak kepikiran. Dulu seringnya kasih Arkan bubur instan, praktis tinggal seduh.
Eh ... sekarang udah dua tahun kalau disuapi sayur kaya lagi disuapi paku,
mingkemnya rapet banget.”
“Ha-ha-ha,
Mba ada-ada aja. Itu, Arkan mau makan pake sayur.”
“Itu karena
makan sama Wulan, coba kalau sendiri, engga bakalan mau. Wulan suka ngomong
kalo makan sayur sehat dan Arkan suka ngangguk-ngangguk gitu. Terus mangap
minta disuapi sayurnya.”
“Oh ... gitu,
Arkan ngerti ya, bahasanya Wulan,”
“Si Arkan
mah ngerti, saya malah yang ga ngerti Wulan ngomong apa. Sampai dia ulangi
omongannya sambil diperagain pake tangan kaya orang kuat gitu, terus nunjuk
sayur. Baru, saya paham maksudnya apa.”
“He-he-he,
iya Wulan bicaranya belum jelas.”
“Terus
kalau main ke rumah Wulan, suka lihat dia lagi nonton film anak-anak atau lagu-lagu
yang soal makan sayur. Arkan suka ikutan nonton.”
“Oh, iya, itu film yang saya download. Salah satu cara edukasi Wulan kalau makan sayur
sehat dan banyak manfaatnya.”
“Iya bener
Mama Wulan, di film kalau yang suka makan sayur BABnya gampang dan gak melilit perutnya, tapi kalau
yang makan junk food BABnya susah, ditambah kentutnya juga bau. Saya baru tau kalau makan sayur bisa begitu, jadi ikutan nonton sampai selesai, he-he-he.”
“Kalau anak-anak suka nontonya kita jadi mudah mengarahkan anak untuk makan sayur.
Bisa ambil contoh dari tokoh kartun itu, lebih mudah merayunya, Mba.”
“Owalah,
iya, ya. Mamanya Wulan idenya ada-ada aja.”
Selain anak
tetangga, terkadang sanak saudara yang bertandang ke rumah bersama anaknya, tidak
rewel ketika kusajikan sayuran. Ada Wulan yang menemani mereka makan.
Tanpa disadari ternyata anakku yang bicaranya belum terdengar jelas, bagi anak-anak seusianya menjelma jadi
duta sayur.
Penulis: Dwinov Swa
No comments: