‘Big Why
Menulis dan Bagaimana Cara Mewujudkannya.’
Kalimat di atas adalah tema tantangan pertama bagi calon peserta ODOP batch 10. Saya salah satu calon pesertanya yang harus menerima tantangan. Tantangan tersebut tidak lepas dari materi dan pembahasan yang telah disampaikan oleh Kak Florensia. Berkat materi darinya membuat calon peserta menjadi antusias dalam menyampaikan tujuan menulis mereka. Beberapa dari mereka menuliskannya saat materi berlangsung.
Namun, banyak yang tidak
mengikuti materi karena padatnya rutinitas, salah satunya saya sendiri. Malam
itu saya baru tiba di rumah pukul 20.18 WIB sedangkan kelas di mulai pukul
19.30 WIB. Setelah berbenah diri dan makan bersama anak, barulah saya masuk
grup dan harus memanjat chat yang sudah ratusan. Mungkin … itulah mengapa
panitia akhirnya membuat tantangan yang terkait dengan materi tersebut.
Big Why menulis versi saya sejak dahulu adalah media penyampai. Bagaimana
cara mewujudkannya, ya … menulis saja. Kalau dibilang introvert, tidak juga. Saya masih berinteraksi dengan mudah secara
langsung. Hanya saja seringnya saya menjadi pendengar dibanding aktif
berbicara. Berbicara aktif memang menjadi kelemahan saya sejak kecil hingga saat ini. Ketika
saya harus berbicara untuk sebuah kegiatan formal, saya akan menyiapkan script secara mendetail dan saya
hafalkan.
Karena
tujuan saya menulis adalah sebagai media penyampai. Teknologi yang semakin
canggih membantu saya dalam menyampaikan isi hati dan pemikiran rumit yang ada
di kepala saya. Berbagai media sosial pun saya jamah, tidak terkecuali dengan
blog yang saya buat pada tahun 2011.
Niat awal
menulis blog hanya ingin menyampaikan opini atau membagi cerita dari pengalaman
yang saya alami. Berharap pembaca dapat belajar dari pengalaman yang saya publish. Ada pembaca yang merespon
tulisan saya dengan berkomentar di kolom komentar atau melalui pesan langsung
di salah satu akun media sosial saya. Bahkan ada pembaca mengirimkan direct message hanya untuk mengucapkan
terima kasih. Katanya, berkat tulisan saya yang membahas pengalaman keguguran,
menjadi langkah awal untuk mencegah apa yang dia alami. Tanggapan seperti itu sesuatu
yang sangat berharga. Membuat saya senang menulis sampai dengan saat ini.
Ada saatnya seseorang mengalami permasalahan pelik, begitu pun saya. Saat itu saya mengalami sebuah konflik keluarga dalam rumah tangga. Pikiran saya carut marut membuat akun media sosial dan blog hiatus. Hampir setahun saya tidak menulis apa-apa. Sebenarnya saya masih menulis, hanya saja menulisnya dengan pena dan buku, sarana pelampiasan emosi.
Hingga akhirnya saya mampu melewati
masa-masa sulit tersebut dan mengambil keputusan untuk berpisah dengan suami. Menghirup
kebebasan setelah jerat belenggu konflik yang berkepanjangan membuat diri ini
sadar. Saya berharga.
Setelah berpisah tanpa terduga saya diajak menulis sebuah buku antologi. Sungguh saat itu menjadi obat hati bagi saya yang tengah dalam pemulihan. Seolah semesta merestui keputusan yang saya ambil. Saya dipertemukan dengan orang-orang yang memiliki hobi yang sama. Bersama membuat sebuah karya dalam bentuk buku antologi.
Buku cetak
pertama saya bersama penulis lainnya pun terbit, judulnya
Pejuang Garis Dua. Bercerita tentang kumpulan kisah nyata sebuah penantian
untuk mendapatkan buah hati. Buku tersebut tercetak lebih dari 100 eksemplar.
Sejak saat itu kegiatan menulis mulai saya lakukan kembali. Saya menulis cerita bersambung di blog dan di salah satu platform menulis. Namun, kekonsistenan saya terdistraksi dengan kesibukan sebagai karyawan administrasi dan menjadi ibu tunggal dari seorang anak balita.
Berbulan-bulan
saya berhenti menulis. Bahkan beberapa teman yang membaca cerbung meminta
kelanjutan ceritanya, tapi tidak cukup memotivasi untuk menulis. Sehingga suatu
hari muncul sebuah iklan di IG tentang lembaga pelatihan menulis. Saya pun ikut
dalam kelas dan menikmatinya.
Setelah pelatihan berakhir saya kembali mengikuti komunitas menulis yang mirip dengan oprec ODOP. Tantangan menulis tanpa henti selama tiga puluh hari. Saya pun lulus dengan baik dan konsisten menulis tentang isu lingkungan dan sosial. Tulisan tersebut di posting dalam akun IG saya . Setelah lulus saya diberi amanah menjadi tim editor buku antologi komunitas tersebut.
Kegiatan
menulis berakhir dan tugas menjadi editor pun sudah dijalani dengan baik.
Demi menjaga konsisten menulis, saya ikut beberapa kegiatan menulis buku dan bahkan menjadi penanggung jawab sebuah buku antologi. Namun, kegiatan
tersebut tidak setiap hari menulis. Akhirnya saya kehilangan motivasi menulis.
Saya
mengikuti akun IG ODOP sudah cukup lama, tetapi belum bisa bergabung karena
ketinggalan pendaftaran sebelumnya. Terkadang saya iri ketika mengintip IG
Story ODOP yang berisi tugas dari setiap peserta. Suatu hari ketika berselancar
di IG, saya melihat iklan pendaftaran oprec
akan di mulai sampai tanggal 27 Mei 2022. Saya mengirimkan naskah sebagai
syarat penerimaan calon peserta pada tanggal 25 Mei 2022 dan Alhamdulillah,
di sinilah saya berada.
Jadi, big why saya menulis saat ini adalah mengembalikan motivasi menulis. Cara mewujudkannya dengan mengikuti oprec dan serius menjalani rangkaian kegiatan. Namun, ada satu big why yang ingin saya wujudkan—meninggalkan jejak tulisan untuk anak saya.
Itu sebabnya di hari pertama menulis , saya memproklamirkan diri dan berkomitmen menulis tentang anak saya. Setelah mem-publish tulisan pertama, terbesit sebuah ide tema agar saya konsisten dalam menulis. Inilah ide tema seorang Dwinov Swa selama oprec ODOP batch 10 yaitu All About Wulan.
Penulis: Dwinov Swa
saya jadi teringat satu kalimat dari mentor menulis saya. Dia berkata, bagaimana memulai untuk menulis ? jawabnya adalah ya menulis..
ReplyDeleteIya, benar kak. Sebagus apapun idenya, kalau ngga di tulis, ya ngga ada artinya. Jadi nulis aja dulu :)
Deletetetap semangat mbak wulan, sudah tepat ya pelampiasan nya nulis, bagus mbak. q salut sama mbak wulan, klo mau tanya2 boleh chat ke q mbak, alhamdulillah q udah dan temanku punya penerbit sendiri klo nulis buku. semangat mbak...
ReplyDeleteHihiy, asyik, ada yang support untuk bikin karya :). Siap Mba ... nanti kalau butuh info tentang penerbit, saya japri Mba Maya. Terima kasih, ya ...
Delete