Hai semua ... Bagaimana kabarnya? Semoga
dalam keadaan baik dan sehat, ya. Postingan blog kali ini saya akan memperkenalkan
diri. Seperti judul yang saya sadur dari pepatah lama, “Tak kenal maka tak
sayang.”
Jadi ceritanya saya sedang mengikuti
kelas menulis yang diprakarsai oleh Komunitas ODOP—One Day One Post. Nah di kelas ini calon peserta harus mengikuti
masa orientasi—oprec (open recruitment)
kurang lebih dua bulan. Di masa tersebut, calon peserta harus menulis dan memposting
tulisan di blog setiap hari. Semoga saya dan teman-teman seperjuangan bisa
lulus, ya. Amin.
Dikarenakan blog akan dikunjungi oleh sesama
calon peserta dan panitia yang sebelumnya belum kenal saya. Alangkah baiknya
saya memperkenalkan diri, menginformasikan rutinitas, dan rencana tulisan dalam
mengisi masa kegiatan oprec ini.
Perkenalkan, nama saya Dwi Noviyanti. Pada
kehidupan nyata biasa di sapa dengan Dwi atau Mama Wulan. Namun, dalam dunia
literasi saya lebih senang dikenal dengan nama pena—Dwinov Swa. Sehari-hari
berkutat pada kegiatan administrasi sebuah gedung perkantoran di daerah Jakarta
Pusat. Selain bekerja saya pun menjadi ibu rumah tangga yang mengurusi kebutuhan
rumah dan satu anak perempuan berusia 4 tahun. Dewi Rasawulan—namanya. Anak
perempuan yang saat ini saya besarkan bersama ibu di rumah.
Jika kalian bertanya setelah membaca
kalimat akhir di alinea atas. Jawabannya, benar—saya seorang single parent dari sebuah perceraian
beberapa tahun lalu. Sebuah keputusan sulit yang pada akhirnya saya lalui
sampai saat ini. Hal menakutkan setelah perceraian adalah membesarkan anak
seorang diri. Bukan, bukan dari segi materi, melainkan segi psikis anak di saat
fase tumbuh kembangnya. Wulan—panggilan anak saya, kehilangan sosok ayahnya sejak berada dalam kandungan hingga saat
ini.
Kerap kali, saya mendengar paradigma negatif masyarakat tentang anak yang orang tuanya bercerai. Katanya, mereka akan tumbuh menjadi anak nakal, susah diatur, atau yang lebih parah—terlibat dalam pergaulan tidak benar. Saya, gamang. Sebagai orang tua rasanya tidak ingin merusak anak atas pilihan hidup yang saya ambil.
Beruntungnya, ketakutan yang
hadir tidak merusak kewarasan, melainkan memacu diri untuk belajar mengenai
pola asuh. Saya berusaha menjadi seorang ibu dan ayah untuk Wulan. Tidak mudah
memang, tetapi ini adalah resiko atas sebuah pilihan yang harus dijalani.
Alhamdulillah, sejak usianya 7 bulan dan kini sudah genap 4 tahun, meskipun tidak menerima kasih sayang dari ayah biologisnya. Wulan tumbuh dengan sangat baik dan penurut. Tidak pernah menyusahkan siapa saja yang bersamanya. Dia jarang merengek jika menginginkan sesuatu.
Biasanya dia hanya menunjukkan gambar atau video barang yang dia inginkan, lalu memintaku untuk fokus melihat. Ketika aku menoleh ke arah wajahnya, dia akan tertawa seraya berkata,
“Iya, belinya nanti Ma. Kalau uang Mama udah
banyak. Enggak sekarang kok, enggak ...”
Begitulah Wulan, anak kecil yang sudah
sangat pengertian. Bahkan, kadang pikirannya logis, kritis, dan berani untuk
anak kecil seusianya. Hanya saja bicaranya belum jelas, membuat perkataannya
sulit dimengerti—PR untuk saya, keluarga, dan gurunya untuk menstimulasi
secara berkala.
Perjalanan membesarkan Wulan seorang
diri, memberikan ide untuk tulisan di masa oprec
ini. Tenang … saya tidak akan membuat tulisan pilu menyayat hati atau tentang
nasib seorang anak yang ditinggalkan ayahnya karena menikahi perempuan lain, lalu
kabur meninggalkan hutang segunung. He-he-he-he tidak, saya tidak akan menulis
kisah sesedih itu.
Rencana menulis saya adalah mengembangkan
tabungan ide yang mengendap beberapa bulan di dalam buku catatan. Isinya
tentang keseharian Wulan. Pikiran polosnya anak kecil, serunya bermain, atau
hal kecil yang tanpa sadar dapat menjadi pelajaran hidup yang sangat berharga.
Dalam perjalanan oprec ini, saya ingin bercerita—seorang anak yang berada di tengah konflik dan menjadi korban sebuah perceraian. Tidak selamanya bertumbuh seperti paradigma negatif seperti yang disebutkan di atas.
Note: Perjalanan Oprec ODOP Angkatan Ke-10 sudah selesai. Namun, kenangan seluruh tulisan dapat dinikmati kapanpun. Sesuai tema yang saya rancang. Selama oprec, bercerita tentang keseharian bersama anak. Dibuat dengan versi cerpen. Selengkapnya ada disini.
No comments: