"Wulan marah!"
Tiba-tiba anakku bicara
dan mendekatiku yang sedang sibuk. Tangan yang penuh dengan serangkaian
dekorasi dan lem terhenti ketika mendengar seorang anak balita merajuk di
sampingku.
"Kenapa?" Aku
bertanya padanya.
Tidak ada balasan atas
pertanyaanku. Hanya raut mukanya yang menyiratkan kebencian terhadap parcel
bunga dan replika Masjid yang ada di hadapannya.
Kuletakkan semua alat
tempurku. Kudekatkan dia dan kupangku anakku yang sudah bisa protes.
"Wulan marah sama
mamah?" Aku coba bertanya
"Iyah! Wulan benci
bunga sama benci ini!" Menjawab sembari jarinya menunjuk kedua parcel
tersebut.
"Wulan ngga suka yah,
kalau mamah sibuk di rumah?" Aku coba mengkonfirmasi maksudnya
Kebenciannya berpusat pada
kedua parcel yang sudah menyita kebersamaan dengan anakku.
Hari liburku disibukkan
dengan pembuatan hantaran pernikahan milik tetangga. Sebelum mengerjakannya,
aku ungsikan anakku ke rumah bibi, adik dari ibuku. Wulan senang karena bisa
bermain dengan para kakak sepupunya.
Disaat Wulan bermain di
rumah bibi. Aku mulai sibuk merangkai dan menghias parcel. Hampir seharian aku
mengerjakannya dan hanya mampu membuat tujuh parcel dari sembilan parcel.
Tersisa peralatan sholat dan seprei yang belum aku rangkai.
Karena waktu yang singkat.
Tidak ada pilihan selain aku harus merampas waktu bermain dengan Wulan setelah
pulang kerja. Merampungkan dua parcel yang tersisa.
Dipangkuanku anak balita ini
ternyata sudah mulai besar. Meskipun bicaranya belum terdengar jelas. Tapi dia
mampu menyampaikan apa yang dia rasa.
"Maafin mamah yah. Udah
buat Wulan bosan. Engga temenin Wulan main." Aku mencoba berempati dengan
perasaannya.
Anakku hanya diam dan
menyimak perkataanku.
"Wulan mau maafin mamah
ngga? Kita temenan lagi yah?" Aku meminta maaf dan mengajak berbaikan.
Aku acungkan jari kelingking
ke arahnya untuk mengaitkan jari kelingkingnya. Sebagai tanda kalau kita
berbaikan dan menjadi teman lagi. Tapi anakku tidak membalas jari kelingkingku.
Dia merubah jari tanganku menjadi seperti mau berjabat tangan. Aku dan
Wulan berjabat tangan dan mengayunkannya ke atas dan ke bawah. Wulan
menjelaskan kalau mau berbaikan dan jadi teman lagi caranya seperti itu.
"Oh.. Gitu de, Jadi
kita temenan lagi yah. Nah sekarang, mamah rapihin dulu semuanya. Mamah bersihin
kamar dan Wulan sikat gigi dulu yah. Nanti mamah nyusul."
"Okey." Jawaban
singkat dari anakku dan bergegas ke kamar mandi untuk menyikat giginya.
No comments: