Assalamuallaikum... Semuanya... :)
Salam sehat selalu dan prokesnya jangan kendor yah... please stay safe ,,,
Sejak aku berkenalan dengan akun instagram official @Ibupedia Aku jadi banyak referensi dan membuka wawasan mengenai dunia pola asuh, MPASI dan segala yang berhubungan tentang anak. Karena aku adalah new parent semua info dan ilmu dari Ibupedia terpakai sekali dalam kehidupan keseharian aku bersama si kecil. Postingan Ibupedia tuh selalu keren-keren dan bermanfaat banget.
Tapi beberapa kali, aku melihat Ibupedia memposting mengenai perceraian, posisi dalam berhubungan intim, pilihan alat konstrasepsi, membahas soal sexual consent, cara berkomunikasi dengan baik antara suami istri dan masih ada beberapa postingan lagi yang tidak membahas tentang anak. Awalnya sih aku aneh, ko ini sepertinya diluar tema yang diusung oleh Ibupedia. Tapi meskipun begitu aku masih setia mengikuti postingan-postingan tersebut karena memang relate sama kehidupan aku yang seorang single parent dan menambah wawasan.
Setelah aku telaah dan pikir-pikir mungkin ada hubungannya antara keharmonisan orang tua dengan pola asuh. Atau mungkin bisa jadi salah satu kunci sukses orangtua dalam mengasuh anak adalah keharmonisan dari orangtuanya. Hemmm bisa jadi sih.
Apabila rumah tangga tidak bejalan dengan harmonis dan selalu dipenuhi konflik yang tidak berkesudahan. Rasanya hidup bagai di dalam neraka, tidak menyenangkan apalagi bahagia. Untuk kita sendiri sebagai lawan dari pasangan saja pasti akan merasakan ketidaknyamanan di dalam rumah. Apalagi dengan anak yang menyaksikan sendiri pertengkaran yang selalu terjadi diantara kedua orangtuanya.
Kerap kali televisi dan media sosial memberitakan tentang seorang anak bayi/balita meninggal di tangan ayah/ibunya sendiri akibat di siksa dengan alasan sepele. Namun setelah adanya hasil penyelidikan lebih lanjut, ternyata penyebab utama tindak kekerasan terhadap anak dilatarbelakangi adanya dendam atau luapan emosi terpendam akibat kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan secara terus menerus oleh pasangan dalam rumah tangga.
Itu contoh terburuk dari keharmonisan rumah tangga yang tidak dijaga. tidak dipupuk dengan rasa kasih dan sayang. Tidak adanya rasa mengasihi antara suami dan istri dalam rumah tangga.
Dari situ, aku jadi lebih paham maksudnya Ibupedia memposting artikel yang membahas tentang hubungan pasutri dalam rumah tangga, seperti : Tentang hal yang harus jadi warning untuk tetap menjaga keharmonisan. Tips memperlakukan suami/istri agar tetap menyayangi. Waktu berduaan yang harus dijaga meskipun sudah mempunyai anak. Saling menghargai peran masing-masing sebagai ayah/ibu. Itu semua untuk membangun keharmonisan agar tercipta pola asuh yang diharapkan oleh kita sebagai orangtua.
Di artikel kali ini aku mencoba merangkum beberapa postingan Ibupedia dari begitu banyaknya postingan Ibupedia terkait keharmonisan rumah tangga. Namun di artikel kali ini aku ingin membahas lebih dalam tentang penyebab Divorce (perceraian) yang sudah pernah dibahas dibeberapa postingan Ibupedia. Berikut rangkuman yang aku buat, yuk disimak :
FIRST Jangan Sepelekan Pentingnya Sexual Consent dalam Pernikahan
Aku baru tau istilah Sexual Consent itu dari Ibupedia. Serius deh padahal dulu sering banget mengalami hal yang tidak menyenangkan imbas dari tidak adanya persetujuan dalam melakukan hubungan intim. Padahal jika dari satu pihak tidak menyetujui sex yang akan dilakukan , namun masih tetap melakukan sex karena alasan 'memenuhi kewajiban' sebagai pasangan suami istri, efeknya bisa fatal loh. Bahkan bisa menjadi trauma seksual dikemudian hari.
Kenapa sex bisa membuat trauma ?
Dari berbagai sumber yang aku baca aku mendapat pemahaman seperti ini. Dalam melakukan sex, pasangan suami istri harus dilandasi dengan rasa ingin melakukannya agar sex yang dilakukan akan menyenangkan dan menambah keintiman menjadi hal yang luar biasa (bisa menjadi lebih harmonis).
Untuk bisa mewujudkannya, sebelum melakukan sex maka terlebih dahulu melakukan foreplay (pemanasan), bertujuan untuk membangkitkan birahi yang membantu vagina mengeluarkan cairan lubrikasi (pelendiran) dengan jumlah yang cukup. Sehingga disaat penis berpenetresi, vagina tidak mengalami iritasi pada dinding vagina karena cairan lubrikan yang cukup. Ini nih aku sematkan postingan Ide Foreplay yang Wajib di Coba! monggo silahkan dicoba, semoga berhasil :)
Tanpa adanya persetujuan, otomatis sex dilandasi dengan keterpaksaan maka secara alami sex akan dilakukan secara tergesa-gesa (ingin cepat selesai). Sex yang dilakukan tergesa-gesa tanpa foreplay, ketika penis berpenetresi akan terasa nyeri pada bagian vagina karena lubrikan belum cukup. Akhirnya akan terjadi iritasi pada dinding vagina bahkan bisa menjadi peradangan apabila sering melakukan sex seperti itu dalam waktu yang berdekatan dan sering.
Oleh karena itu sebelum melakukan sex, pasutri bisa melakukan pendekatan kepada suami. Seperti pillow talk, menginformasikan terlebih dahulu sebelum melakukan sex (agar bisa kondisikan badan, hati dan emosi) atau bisa juga sebelum melakukannya, makan makanan favorit agar bisa menambah stamina dan menambah keakraban dengan pasangan. Pokoknya pasutri bebas deh melakukan hal apa saja yang penting jangan ada keterpaksaan dalam melakukan sex dan have fun aja melakukannya.
SECOND Jangan Sepelekan Tanda Toxic Marriage
Dalam postingan terdapat 8 poin tanda Toxic Marriage, yaitu :
- Sering mencari kesalahan masing-masing,
- Sering berbohong,
- Sulit mengingat masa bahagia bersama pasangan,
- Lebih sering menangis,
- Sering berpikir berpisah dengan pasangan,
- Pasangan melakukan kekerasan fisik maupun verbal,
- Menarik diri dari lingkungan sosial dan teman-temanmu, dan
- Enggan berhubungan intim karena rasa benci terhadap pasangan.
Jadi untuk kalian pasutri, yang kira-kira sudah merasakan beberapa poin dari tanda Toxic Marriage, dibicarakan baik-baik dengan pasangan. Apabila dirasa belum cukup bisa dibicarakan dengan pihak keluarga yang bisa dipercaya atau melakukan konsultasi dengan konselor pernikahan untuk mendapatkan solusi terbaik.
THIRD Ayah, Yuk Pelan-Pelan Hentikan Kebiasaan Ini
Caption awal di dalam postingan ini benar banget nih
"sama halnya dengan Ibu, menjadi Ayah juga bukan proses adaptasi yang mudah."
Namanya juga pria dewasa yang lebih dominan melakukan hal yang di mau (freedom tuh kaya bentuk jati diri alaminya mereka, benar ngga ?). Jadi sebagai pasangan harus pintar mengkomunikasikan kebiasaan mereka yang terlihat egois.
Jangan langsung menghakimi tapi bicara dengan baik-baik. Jangan merasa sanggup melakukan pekerjaan rumah sendirian jika suami ada dirumah. Karna akan membuat suami tidak merasa dibutuhkan dan akhirnya mereka sibuk dengan kebiasaan mereka lagi dan lagi. Paksa suami untuk membantu dengan cara yang halus (pasti setiap istri punya caranya maisng-masing untuk merayu suami agar bisa ikut membantu). Apapun itu kebiasaan buruk suami, semuanya bisa dikomunkasikan dengan baik antara kedua pihak (istri maupun suami).
Maaf yah jika tulisanku terkesan menggurui. Hanya saja aku pernah mengalami betapa komunikasi itu sangat penting dalam kehidupan berumah tangga. Awal mula konflik terjadi itu yah dari komunikasi yang tidak berjalan dengan semestinya.
FOURTH Waspada Pemicu Perceraian Ini
Ada tujuh poin yang telah dijabarkan dalam postingan Ibupedia sebagai tanda pemicu perceraian yaitu :
- Keuangan,
- Perselingkuhan,
- KDRT,
- Komunikasi Buruk,
- Keintiman berkurang,
- Kecanduan, dan
- Menikah karena didasari alasan keliru
Aku termasuk golongan yang sepakat dengan Ibumin di dalam caption postingan tersebut
"kalau lamanya usia pernikahan dan kemesraan yang tampak di sosial media bukan indikator keharmonisan rumah tangga"
Caption diatas benar-benar pernah aku alami. Aku tipikal yang tidak mau mengumbar permasalahan dalam akun media sosial. Semua akun media sosialku isinya momen bahagia. Sampai akhirnya aku divorce teman-teman media sosial tidak ada yang percaya. Intinya jangan mudah percaya apalagi iri dengan hasil postingan media sosial, karena menurutku hal yang percuma.
Jika boleh sedikit bercerita, ketujuh poin diatas adalah alasan aku memilih jalan perceraian sebagai jalan akhir dalam rumah tanggaku. Iyah benar, ketujuh poin diatas adalah bom waktu yang setiap saat akan meledak dan akan berakhir di kantor agama/pengadilan. Apabila tidak ada komunikasi baik antara suami/istri dalam menghadapi salah satu poin yang sedang di alami.
Dari artikel yang aku tulis ini, aku hanya berharap kepada kalian yang sedang dalam konflik dengan pasangan. Segera selesaikan dengan baik-baik, pikirkan resiko yang akan terjadi dari pilihan yang akan di ambil. Yang paling utama minta kepada Tuhan untuk meminta petunjuk, jalan mana yang harus di ambil.
FIFTH Masalah Besar dalam Pernikahan
Menurut Ibupedia ada tujuh poin dalam pernikahan yang bisa disebut 'Masalah Besar' yaitu :
- Perselingkuhan,
- Campur tangan keluarga besar,
- Kekerasan fisik dan verbal,
- Tidak menghargai posisi suami/istri
- Poligami
- Tidak menafkahi/tanggungjawab pada keluarga, dan
- Pelecehan seksual pada anak
Dalam berumah tangga ada kalanya kita, baik suami/istri melakukan kesalahan dari salah satu indikator tanda perceraian. Namun kita berhak mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan yang sudah kita perbuat. Namun apabila terjadi pelecahan seksual pada anak, jangan diberi kesempatan. Itu tindakan asusila yang tidak bisa dimaafkan, harus di ganjar hukuman pidana.
Kelima postingan yang aku rangkum tersebut saling berkaitan dalam penyebab perceraian. Kalau dari kacamata aku postingan seperti itu jadi self healing dan pembelajaran penting untuk kedepannya disaat aku kembali membangun rumah tangga.
Dahulu aku pernah kecewa, kenapa sih baru kenal akun Ibupedia after divorce. Kalau kenal dari sebelumnya kan aku bisa mengantisipasi semua tanda-tanda penyebab perceraian itu. Bisa sharing dengan Ibumin dan follower Ibupedia :(. Tapi mau bagaimanapun Tuhan sudah mengatur jalan ceritaku dan jalan cerita semua umatNya.
Ohh iyah satu lagi, aku ingin kasih apresiasi setinggi-tingginya untuk Ibumin dan semua tim Ibupedia karena pernah memposting tentang Yuk Beri Support untuk Single Parent . Jujur deh aku terharu banget.
Jarang sekali yang mencoba mengerti perasaan kami. Rata-rata dari kebanyakan orang hanya menghakimi dan menyuruh kami untuk menikah lagi dengan alasan memenuhi kebutuhan si anak. Padahal tidak sedikit dari kami masih mengalami trauma dalam berumah tangga. Kami mencoba mengobati trauma tersebut dengan tetap mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa harus meperlihatkannya kepada khalayak ramai. Perjuangan kami tidak mudah.
Oleh karena itu sekali lagi aku berterima kasih kepada Ibumin dan tim Ibupedia atas dukungan morilnya kepada kami. Karena setelah postingan itu diterbitkan membuat banyak orang berpikir ulang dan follower Ibupedia pun ikut mendukung kami dan bahkan mendoakan kami. Ahhhhh Ibupedia I love you. Kamu tuh akun instagram yang selalu bikin vibe positif .
Yang bikin aku tambah kesemsem sama Ibupedia tuh. Kerap kali rilis postingan dengan menggunakan kata-kata istilah yang jarang orang tau (contohnya aku, hehehe). Seperti : sexual consent, sandwich generation, toxic marriage, side-hustle, silent killer dan masih banyak lagi istilah yang baru aku dengar (ketauan gaptek yah, hehehe). Pokoknya Ibupedia kereeeennn, saranghae Ibumin :)
Untuk pembaca artikel ini, sebelumnya aku mohon maaf jika ada kalimat yang tidak berkenan dihati atau berlawanan dengan pikiran kalian. Dalam tulisan ini semuanya berpusat dari sudut pandang aku pribadi. Pemikiranku semata dari pengalaman yang pernah aku alami. Jika memang ada yang berbeda pendapat, yah tidak masalah (bisa menyampaikan pendapatnya di kolom komentar atau menghubungi aku langsung). Namanya juga kan manusia, berbeda kepala pasti berbeda pendapat yahh kan..
Besar harapanku, tulisan ini bisa menjadi boomerang untuk mengantisipasi kemungkinan yang tidak kita inginkan. Dan jika pembaca dalam keadaan mengalami konflik dalam rumah tangga, semoga dapat dilalui, kuat dan selesai dengan keputusan yang baik. Ingat.. badai pasti berlalu :)
Okey sampai disini dulu artikel kali ini, jaga kesehatan selalu yah...
Bye... see you later
Dwinov Swa
No comments: