Salam sehat selalu yah untuk pembaca semuanya. Semoga selalu dalam lindungan Allah. Aamiin
Sekian purnama ingin sekali menulis soal parenting di blog. Dari anak baru lahir sampai sekarang anakku sudah berusia 3 tahun lebih, akhirnya kesampaian juga untuk menulis sedikit tentang parenting sepengalaman aku mengasuh Dewi Rasawulan (iyah itu nama anakku dan biasa dipanggil dengan sebutan Wulan). Sttt jangan bilang-bilang yah, aku nulis ini juga terpacu dengan Blog Competition yang di adakan oleh Ibupedia Official Account @ibupedia_id
Oke back to topic, jadi untuk artikel pertama di label 'Parenting' di blog aku ini aku mau sedikit membahas soal tantrum..
Tantrum Apa Sih ?????
Dari hasil berselancar di dunia maya. Aku mengambil kesimpulan bahwa Tantrum merupakan lonjakan emosi yang di ekpresikan dengan tindakan kasar seperti menangis berguling-guling, melempar barang, berteriak, memukul benda/orang yang ada disekitarnya atau hal kasar lainnya yang dilakukan oleh seseorang. Katanya tantrum pada balita dan anak-anak termasuk keadaan normal. Seiring dengan tumbuh kembangnya dan disertai penanganan yang tepat serta konsistensi orangtua saat menangani anak tantrum. Maka tantrum akan hilang dengan sendirinya.
Yakin deh, sebagian orang tua terutama 'new parent' akan ikutan rungsing ketika anak tantrum apalagi tantrumnya di depan umum (duuuhhh rasanya tuh pengen menghilang, malu karena jadi bahan tontonan orang banyak). Untuk parent yang mengikuti akun Ibupedia pasti sudah pernah baca postingan soal lokasi favorit anak tantrum. Kalau belum baca coba deh dilihat dan dibaca Lokasi yang Sering jadi TKP Anak Tantrum . Benar tidak lokasi yang sering dijadikan tempat favorit anak tantrum di postingan itu. Kalau aku sih iyah banget, pernah merasakan Wulan tantrum di Supermarket, Playground dan Toko Mainan. Dan yang paling diingat sewaktu anakku tantrum di area playground.
Teringat jelas waktu Wulan tantrum karena tidak mau diajak pulang ketika main di Playground. Jutaan mata tertuju padaku (hehehe lebay yahh, ngga jutaan sih tapi banyak yang nontonin). Mungkin dalam hati mereka yang melihat, berbicara dalam hati seperti ini :
"Itu ko anak nangis malah di diemin aja sih"
"udah sih turutin aja apa yang di mau, biar diem anaknya"
"ibunya tega banget, anak nangis begitu malah diliatin aja"
"Ya Allah, anaknya nangis kejer mamahnya malah asik minum jus"
Mungkin masih banyak lagi ungkapan orang-orang yang melihat aku saat menghadapi Wulan tantrum di depan umum. Waktu menghadapi si wulan tantrum, aku memang santai sekali. Melihat dia mengamuk, aku sambil nyeruput jus mangga.
Ko bisa sesantai itu sih ?? (hehehe bisa aja mom).
Begini, jika kita dihadapkan dengan siapapun yang sedang emosional dan kitanya terbawa emosi pasti akan menjadikan suasana tegang dan mencekam. Emosi yang tidak bisa dikendalikan akan membuat kekacauan yang berujung pada penyesalan. Kalau tidak percaya, silahkan boleh di coba.
Anak tantrum itu sebenarnya sedang meluapkan emosinya. Jika mamahnya terpancing dan ikut terbawa emosinya maka akan kelepasan untuk ringan tangan, memukul atau mencubit anak agar si anak diam (iyah apa iyah moms, biasanya gitu kan). Nah itu yang ingin aku hindari, jangan sampai aku ringan tangan ke mahluk kecil yang Allah titipkan ke aku.
Belajar bersikap tenang disaat anak menangis atau tantrum itu tidak mudah moms, butuh waktu lama sekali. Aku beradptasi dengan situasi seperti itu yah selama mengasuh Wulan. Ada kalanya dahulu aku emosi dan akhirnya kelepasan memukul anakku dan selalu berujung penyesalan. Dari situ aku terus belajar mengelola emosi agar tidak menyesal.
Sejak Wulan masih bayi aku selalu mencoba menjadikan tangisan Wulan sebagai nyanyian/lagu favorit aku (hehehe ada-ada aja yah). Tujuannya sih biar disaat anak menangis, akunya malah tenang (kan lagi dengerin lagu favorit hihihi) dan akhirnya bisa menangani ledakan emosi si anak dengan pengalihan yang menyenangkan. Sama seperti waktu wulan tantrum di jalan itu.
Aku bawa dia menjauh dari playground dan tempatkan dia di pinggir jalan yang aman (meskipun disamping gerobak dan diatas got, karena memang sembari menunggu angkot untuk pulang). Yang penting si wulan aman, badanku dijadikan pembatas antara jalan raya dengan tempat wulan tantrum. Sekaligus jadi samsaknya si Wulan untuk melepaskan emosinya (sakit sih dicubitin apalagi dipukulin anak yang lagi emosi jiwa). Tapi namanya anak balita kekuatannya bisa ditakar dan pasti akan berhenti jika sudah puas melampiaskan emosinya (itu yang ada dipikiranku). Ternyata benar, tidak lama akhirnya dia berhenti mengamuk. Meskipun tantrum lagi di dalam angkot (tantrumnya bersambung hahaha). Oh iya cerita tantrum ini sudah pernah aku posting di instagram pribadiku. Kalau mau liat ekpresi muka wulan after tantrum buka aja linknya Playground dan Tantrum. Tetapi aku tidak sempat merekam ketika dia tantrum (bahaya). Takut kurang pengawasan karena sibuk merekam. Tapi lucu deh ekpresi anak balita yang habis tantrum dan masih ada sedikit emosinya.
Apapun usahanya Wulan untuk meminta sesuatu yang bisa dikatakan tidak wajar/diluar batas. Aku selalu menolak keinginannya meskipun berujung tantrum. oh iyah ada nih momen tantrum Wulan yang sempat bikin kesantaian aku goyah sampai sempat panik. Cerita lengkapnya ada di postingan IG aku Moment Tantrum. Si Wulan makin pintar meng akali mamahnya agar bisa menuruti kemauannya. Tapi alhamdulillahnya aku masih bisa konsisten untuk tidak menuruti semua kemauan si Wulan (terutama yang tidak bermanfaat dan berakibat buruk).
Alhamdulillah atas pola asuh yang konsisten, hasilnya Wulan jadi anak yang bisa di kasih pengertian dan dia segan terhadap aku. Utuk melakukan hal-hal yang tidak aku suka dan yang dilarang.
Aku paling tidak suka dengan orang-orang yang menggampangkan dan menuruti semua keinginan anaknya tanpa melihat manfaat barang atau keinginan si anak kecil tersebut. Aku sering sekali mendengar cibiran orang, di saat melihat aku atau orang tua lain menolak permintaan anaknya, seperti ini :
"udah sih kasih aja, namanya juga anak kecil"
"kasih aja sih, mamah sama bapaknya kerja ini"
"pelit amat sih sama anak, minta begituan aja ngga dikasih"
"udah sih biarin aja, namanya juga masih kecil"
Kalian sering sering mendengarnya juga kan (pasti pernahlah yah mendengar kalimat begitu dari segelintir orang). Untuk kalian yang sebodo amat sama ucapan-ucapan di atas, kita sefrekuensi dan kita hebat, yeayy. Kita sudah satu langkah menjadi orangtua yang disegani anak jika kita bisa konsisten mensortir keinginan anak. Mana yang bisa dituruti dan mana yang tidak bisa. Dan anak pun akan segan bukan hanya takut terhadap kita. Karena menurutku takut dan segan itu berbeda.
Menurutku kalau takut, si anak tidak berani berbuat sesuatu yang dilarang ketika ada orangtuanya saja. Tetapi kalau segan, tanpa adanya orangtua di sisi si anak, dia tidak akan melakukan hal yang sudah dilarang sama orangtuanya. Menurutku sih begitu, kalau berbeda difinisi, mohon pencerahannya yah. Bisa tulis di komentar blog aku. Biar sama-sama belajar.
Kalau dipikir, orangtua mana sih yang tidak mau memenuhi kebutuhan si anak. Tapi kalau keinginan anak di luar kewajaran/di luar batas, kita sebagai orangtua HARUS bisa menolaknya. Itu pelajaran dasar untuk si kecil, bahwa mereka tidak bisa semaunya sendiri. Ada peran orangtua untuk menentukan semua kebutuhan si anak. Kalau kitanya tidak bersikap TEGAS bersiaplah melihat anak sering tantrum.
Kenapa bisa begitu ???
Jika kita sebagai orangtua menuruti semua keinginan si anak tanpa mensortir manfaatnya. Ketika kita menolak dia akan mencoba tantrum untuk memuluskan keinginannya. Bagi orangtua yang tidak terbiasa menolak, otomatis tidak terbiasa dengan rengekan/tangisan si anak dan berakhir untuk mengabulkan permintaan si anak. Akhirnya si anak akan berpikir
"aku tantrum aja ahh, biar mamah/papah mau ngebeliin apa yang aku mau"
Sudah pernah baca postingan ibupedia tentang dampak negatif jika menuruti semua kemauan anak. Kalau belum baca coba deh baca di sini Selalu Menuruti Anak, Apa Dampaknya ?
Duhh dampaknya banyak banget yahh. Dan semuanya berdampak N E G A T I F. Nah di caption postingan itu kunci sukses kita menghadapi kerewalan atas keinginan yang tidak terpenuhi adalah 'konsisten'. Konsisten dengan membuat batasan yang jelas, konsisten dengan kesabaran menghadapi anak dan poin terpenting menghadapi anak tantrum adalah pengalihan. Dan itu benar banget tuh, aku salah satu orangtua yg selalu memberi pengalihan ketika Wulan tantrum. Biasanya sih aku alihin dengan mengajak dia ngobrol apa saja yang sedang dia senangi saat itu. Memang sih tidak langsung tiba-tiba diam dan berhenti menangis, butuh kesabaran ekstra sampai anak benar-benar teralihkan. Itu sih tantangan kita sebagai orangtua dalam mengasuh anak. Kalau kitanya sebagai orangtua mudah menyerah kepada anak, bagaimana anak mau mendengarkan kita. Kitanya saja sudah kala terlebih dahulu.
Disaat Anak Tantrum Jangan Takut tapi validasi emosinya anak. Cari ruangan yang aman dan dampingi prosesnya karena ketika si anak sudah puas mengeluarkan emosinya, dia pasti butuh pelukan dan perhatian kita. Nah di momen itu, kasih pengertian dan alasan kenapa kita melarang/tidak membolehkan keinginan si anak. Dengan sambil membelai lembut rambutnya dan mengusap air mata yang masih mengalir. Ceritakan hal apa saja yang membuat dia mengerti dengan nada lemah lembut. Jika anak sudah bisa bicara ajak dia bicara tentang apa saja yang sedang dia senangi atau gemari, dengarkan baik-baik ceritanya meskipun bicaranya belum jelas (terbata karena kosakata yang terbatas). Inshaa Allah kalau kita konsisten melakukan hal itu, anak akan lebih mudah mengerti dan lupa kalau habis tantrum.
Cerita di atas itu, pengalaman aku disaat menghadapi anakku tantrum. Dimanapun dan kapanpun. Harus punya stock sabar yang banyak moms untuk menghadapi tingkah laku anak-anak yang ajaib. Semoga selalu sabar yahh.
Sampai disini dulu yah artikel kali ini. Semoga bermanfaat untuk semua orangtua yang membaca. Dan mohon maaf jika ada kesalahan tafsir atau definisi yang saya sebutkan di dalam artikel. Bila perlu mohon pencerahan dan pembenarannya.
Sampai jumpa di artikel lainnya ;)
Matur Suwun
Dwi Noviyanti - Mamahnya Wulan
No comments: