Haiiii guys…
sebelumnya selamat menjalankan ibadah puasa yahhhh...
Sebelum aku mulai
nulis, aku mau info dikit kalo artikel kali ini adalah kisah nyata mimpi
seorang anak kecil yang mimpinya terwujud di saat usianya sudah seperempat
abad. Hehehehe iyahh aku udah tua ups..
Semoga tulisan
ini bisa sedikit menghibur khususnya pembeli buku PGD :D yang masih setia menunggu
#matursuwun
Selamat membaca :)
*********************************************************************************
Cita-citaku saat jaman sekolah dasar dulu adalah menjadi seorang penulis. Cita-cita yang jarang sekali di impikan bagi anak-anak yang tinggal di pinggiran kota Jakarta. Pemukiman kumuh dan padat penduduk. Apalagi aku hanya seorang anak dari bapak yang bekerja sebagai nelayan dan ibu yang berjualan nasi uduk setiap hari. Akupun merasa, menjadi penulis yang bukunya bisa dibaca itu sangat susah digapai dan pasti mahal biayanya. Tapi entah kenapa dalam anganku, seorang penulis itu keren.
Mereka bisa berimajinasi dan merangkainya menjadi kata demi kata. Sehingga menjadi kumpulan kalimat yang tersampaikan oleh pembaca. Seringkali aku terbawa arus dunia imajinasi yang penulis tuliskan. Aku seolah menjadi si tokoh utama dan merasakan sensasi ledakan emosi ketika sedang membaca buku. Oleh karena itu, menjadi penulis itu keren.
Aku bercita-cita menjadi penulis mungkin karena hobiku membaca buku. Awalnya aku suka membaca Koran-koran bekas yang dijadikan bungkus nasi oleh ibuku. Tak ayal terkadang sebelum digunakan ibuku, aku sortir Koran-koran itu. Jika beruntung aku menemukan majalah anak-anak yang sangat menarik buatku dan menghabiskan waktu disela berjualan dengan membaca.
Setelah membantu ibu berjualan, biasanya aku masih ditugaskan untuk belanja bahan masakan kepasar dan memotong serta merajang bahan-bahan tersebut. Masa kecilku tidak seindah anak-anak jaman sekarang. Untuk mendapatkan uang jajan aku harus membantu ibuku terlebih dahulu.
Setelah pekerjaanku selesai, biasanya aku pergi dan standby di beranda Masjid Al-Mubasyirin dekat rumahku. Aku disana menunggu mobil perpustakaan keliling. Aku bisa berjam jam di beranda masjid untuk membaca buku-buku dari mobil perpustakaan keliling. Sampai tiba waktunya untuk aku siap-siap berangkat sekolah di siang hari.
Semakin banyak buku yang aku baca. Aku semakin tertarik dengan dunia menulis. Aku mulai menyisihkan uang jajan untuk membeli buku diary. Hasrat menulisku, aku tumpahkan ke dalam buku-buku diary. Berapa hari sekali aku menulis tentang kejadian yang aku alami. Sampai akhirnya buku diaryku beranak pinang. Sampai aku SMA buku-buku dairy masih selalu menemani aku untuk menjaga semua ceritaku.
Selain diary akupun suka menulis cerpen. Ada satu buku yang isinya cerpen-cerpenku. Namun sayangnya karena keterbatasan media. Cerpenku hanya menjadi koleksi pribadi dan tidak pernah diterbitkan (sampai buku cerpen itu akhirnya menghilang L). Aku terlalu takut untuk mencoba menerbitkan cerpenku ke majalah. Aku takut kalo ada biaya administrasinya Karna memang pada masa itu kehidupan ekonomi keluargku sangat buruk.
Aku bisa bertahan dan tidak putus sekolah karena mempertahankan belajarku agar mendapat beasiswa sampai lulus sekolah. Orangtuaku menyekolahkan 3 orang anak (kakak, aku dan adikku) dan semuanya membutuhkan biaya yang lumayan besar. 180 derajat berbanding terbalik dengan dunia persekolahan di jaman sekarang.
Hingga saat memasuki akhir sekolah SMP. Sekolahku mengadakan Pensi (Pentas Seni) dan salah satu acaranya yaitu lomba menulis karya ilmiah. Akupun mendaftarkan diri untuk mengikuti lomba tersebut. Aku menulis cerpen dengan judul “SIAPAKAH AKU ?”.
Dalam karya tersebut aku merangkum kejadian cikal bakal seorang manusia bertumbuh. Dari masih dalam bentuk embrio, zigot dan akhirnya menjadi calon janin yang tertanam didalam rahim seorang perempuan dewasa. Aku benar-benar mempersiapkan diri untuk membuat karya yang berdurasi 2 lembar kertas folio tersebut. Dan memang benar usaha tidak akan mengkhianati hasil.
Karya ilmiahku menjadi juara pertama. Namaku bergema seantero sekolah untuk naik keatas panggung. Aku berdiri sejajar dengan pemenang lomba lainnya. Menerima ucapan selamat dari panitia dan kepala sekolah. Meskipun tidak ada hadiah atau piagam penghargaan. Aku tetap merasa bangga dan perasaan itu masih terukir dihati sampai saat ini.
Mulai memasuki jaman milineal dan penggunaan gadget menjadi nomor satu. Diaryku mulai tersingkir dengan yang namanya media sosial, walaupun terkadang, aku masih tetap suka menulis manual dengan pulpen dan kertas. Hingga akhirnya akupun terbawa arus dan mengikuti perkembangan jaman dengan memulai menulis di laman website blog atau menulis di sosial mediaku.
Memasuki usia dewasa aku terkadang ikut partisipasi menulis di media sosial. Mengirimkan naskah tulisan untuk berkompetisi. Namun persaingan itu memang tidak mudah. Naskahku tidak pernah menang kompetisi. Namun aku tidak kecewa karena memang tidak banyak berharap dan selain itu, menulis bagiku hal yang sangat menyenangkan.
Sampai pada akhirnya aku mendapat tawaran menulis buku dari ponakanku.. Dia bilang ini bukan untuk kompetisi, tapi nanti naskah yang dikirim akan di bukukan. Sontak aku terkejut dan tanpa banyak bertanya aku mengiyakan ajakan ponakanku untuk bergabung kedalam grup penulisan.
Aku tidak tahu sama sekali prosedur pembuatan buku. Belum tau akan bertemu dengan orang-orang seperti apa dan harus melakukan apa. Tapi aku sudah bahagia luar biasa ketika bergabung dalam group. Dalam sekejap cita-cita yang dulu aku impikan akan terwujud. Aku jadi penulis dan akan punya buku hasil tulisanku sendiri. Masya Allah tabarakallah.
Meskipun ini tulisan berupa antologi. Kumpulan cerpen. Aku tetap merasa bahagia karna akan ada beberapa lembar yang menjadi tulisanku. Yes.. My dream come true. Usia tidak menjadi penghambat untuk aku menggapai apa yang sudah aku cita-citakan sejak kecil.
Setelah memasuki grup penulisan aku semakin semangat. Aku bertemu dengan teman-teman baru yang punya hobi yang sama. Dan punya kisah yang sama dalam kehidupan. Aku semakin excited disaat aku dikenalkan dengan perempuan hebat yang sudah memiliki pengalaman dalam dunia literasi. Aku benar-benar mendapat banyak pelajaran baru dalam menggapai cita-citaku ini.
Aku dan teman-teman baruku masuk kedalam grup kepenulisan dengan tema ‘Pejuang Garis Dua’ yang pada akhirnya tema tersebut menjadi judul buku kami. Buku kami merupakan kumpulan cerpen kisah nyata dari 26 perempuan hebat diluar sana. Atau pengalaman hidup seseorang yang ada dilingkungan penulis.
Buku ‘Pejuang Garis Dua’ ini adalah kisah-kisah perjuangan pasutri yang berjuang mendapatkan amanah berupa buah hati. Jatuh bangun mereka dalam menghadapi semua cibiran. Rasa sakit fisik yang dirasakan dalam setiap proses ikhtiar duniawi. Rasa suka cita yang bercampur dengan kesedihan disaat amanahNya hadir dalam dilema. Semua ledakan emosi terkumpul dalam buku ini. Kita akan tahu betapa kerasnya setiap perjuangan.
Dari ke 26 kisah itu salah satunya adalah kisahku. Aku mengirimkan naskah tulisan yang pernah aku terbitkan di blog aku sebelumnya (Baju Hamil Kesayangan). Tapi naskah tersebut aku garap ulang lagi dengan menambahkan kejadian yang baru terjadi. Aku tambah dengan teknik menulis hasil dari pelatihan. Terakhir tulisanku mendapat sentuhan dari tangan editor. Dan hasil garap ulang tulisanku tersebut menjadi tulisan yang luar biasa bagus. Yang pernah mengikuti blog aku pasti akan tau bedanya. Insya Allah layak untuk dibaca oleh pembeli buku ‘Pejuang Garis Dua’ and wort it dengan kocek yang sudah di keluarkan ;).
Buku ‘Pejuang Garis Dua’ ini sudah selesai di cetak dan saat ini sudah masuk dalam proses pengiriman. Insya Allah dalam minggu ini sudah diterima oleh semua pemesan PO tahap pertama. Aku dan teman-teman penulis berharap buku ini dapat menjadi positif vibe bagi yang membacanya. Menjadi tambahan semangat lagi dan lagi untuk semua perempuan yang sedang berjuang dalam menanti amanahnya. Hei kalian tidak sendiri mari berpegang tangan dan kuatkan hati.
Ohh iyah.. untuk kalian yang jadi penasaran tentang buku ‘Pejuang Garis Dua’ ini ayooo ikut PO tahap kedua (Wapri aku yahhh… aahahaha eiyke.. masih tetep promosi kan.. :D).
Sekedar informasi, cetakan pertama buku ‘Pejuang Garis Dua’ tercetak lebih dari 100 buku (itu sesuai dengan jumlah pemesan lohh yahh). Soo… masih ngga penasaran sama bukunya… heheheheJ
Akhir kata...
Aku hanya dapat mengucapkan terima kasih banyak atas apresiasi dari kalian dalam menyambut karya kami. Semoga semua ini menjadi keberkahan baik untuk kami (penulis) dan kalian semua (pembaca). Aamiin
Salam,
Dwi Noviyanti
Penulis 'Baju Hamil Kesayangan' dalam Buku Pejuang Garis Dua
No comments: