Komitmen Tertinggi Dalam Rumah Tangga : KEPERCAYAAN

2 Hari yang lalu suamiku mengirimkan pesan melalui BBM kalau dia diberhentikan secara paksa oleh perusahaan (dipecat). Dan respon aku seperti di BBM ini. Aku berusaha tidak marah dan berusaha mencoba untuk menyemangati suami aku untuk melakukan pekerjaan lain. Aku tidak menuntut untuk minta penjelasan kenapa tiba-tiba suamiku dipecat. Karena aku tidak ingin membatasi komunikasi kita (khusus untuk membahas masalah pemecatan ini) hanya sebatas chat di BBM yang hanya mengandalkan sinyal (karena kemungkinan salah paham sangat besar). Jadi aku putuskan untuk mendengar ceritanya atas masalah ini di istana kita yang hanya berukuran 3 x 4 meter (alias kamar tercinta, hehehe).

Aku sampai dirumah lebih dulu daripada dia, jadi sambil menunggu  aku buatkan minuman yang terbuat dari jahe,sereh, daun pandan dan gula merah (entahlah namanya apa, yang penting minuman enak dan bisa sedikit melegakan tenggorakannya yang sedang bapil). Setelah itu aku siapkan makanannya dan aku membersihkan wajah dari debu jalanan (biar ketika suami datang, dia sudah melihat istrinya bersih dan cerah, 1 poin utk penambah semangat suami disaat masalah menghampirinya).

Tak berapa lama aku selesai membersihkan wajah dan rebahan dikasur terdengar “Assalamualikum” suamiku datang. Tanpa ba bi bu, dia langsung menanggalkan tas, pakaian dan mengganti celananya. Aku hanya memandangnya dan senyum dan tanpa ba bi bu lagi dia menghampiri aku dan…… (seperti biasanya langsung usel usel manja) dan akhirnya dia nyerocos apapun yang terjadi dikantornya yang menyebabkan dia dipecat. Aku tidak kaget mendengar penjelasannya. Karena hampir setiap dia pulang kerja aku dan dia selalu menceritakan apa yang terjadi, baik dikantor aku maupun dikantor dia. Sehingga disaat terjadi masalah dikantor dia, aku bisa menarik benang merah atas masalahnya dengan menyimpulkan dari cerita-cerita suami aku yang pernah diceritakan.

Mendengar dia dipecat, entah kenapa aku tidak kecewa ataupun sedih. Karena aku percaya dengannya bahwa dia mampu untuk bertanggungjawab akan hidup aku. Aku percaya dengan kemampuannya untuk bekerja ditempat lain yang lebih baik. Aku percaya setiap niat baiknya akan mendapat tempat yang baik. Selama ini aku melihat dia memperjuangkan anak buahnya untuk mendapatkan hak-hak mereka. Aku bangga dengan suamiku atas perjuangannya, meskipun konsekuensinya dia yang harus dikeluarkan dari perusahaan.

Dia sering bilang kepadaku “seandainya Ayah ngga mentingin rekan-rekan dan anak-anak, kita bisa cepet beli rumah sendiri atau beli mobil sendiri. Tapi Ayah ngga mau kaya gitu, mereka juga kan sama sama cari rezeki untuk keluarganya” sumpah kata kata itu selalu biking aku melting. Dan  aku hanya merespon dengan anggukan dan kalimat “iyah, jangan sampai kamu kerja tapi makan rejeki orang, kalo kaya gitu sama aja kaya kamu kerja tapi nginjek nginjek kepala anak buah kamu sendiri”

Dan anak buahnya sempet nyeletuk waktu mereka tau BBM ini “ ko istrinya Bapak aneh sih, suaminya dipecat bukannya marah2/kesel malah jawabnya kaya gitu, pake ketawa lagi ??! ” ngedenger ceritanya dia, kita jadi sama sama ketawa bareng dikamar, hahahaha (kadang hidup memang perlu ditertawakan hihihi :d )

Aku selalu menanamkan pikiran bahwa rejeki apapun itu sudah diatur sama Allah. Masih banyak…… banget rejeki Allah yang harus disyukuri ketimbang mengutuki nasib (kenapa suami dipecat, terus besok besok gimana, makan pake apa, cicilan dan utang-utang gimana, *&%#%^@^*()$.... dan bla bla bla lainnya). Dan aku selalu inget kata kata sakti ini

“ Menghina Tuhan tak perlu dengan umpatan
dan membakar kitabNya.
Khawatir besok kamu tak bisa makan saja
 itu sudah menghina Tuhan “

-Sujiwo Tedjo-

Daripada aku menghina Allah dengan mengkhawatirkan hari esok, lebih baik tersenyum dan bersyukur bahwa suami aku masih ada disisi aku dengan hati dan jiwanya yang tidak terkotori nafsu materi semata. Alhamdulillah wa syukurilah..
Allah itu sutradara paling wahid seantero jagad, jadi biarkan dia yang berkuasa kita tinggal berikhtiar dan berdo’a, beres deh pasti bakal jadi film bagus di cerita kehidupan kita masing-masing, yang kelak akan diceritakan kepada anak dan cucu cucu kita nanti.

Salam bahagia

:) dwi :)
Komitmen Tertinggi Dalam Rumah Tangga : KEPERCAYAAN Komitmen Tertinggi Dalam Rumah Tangga : KEPERCAYAAN Reviewed by Dwi Noviyanti on April 22, 2016 Rating: 5

No comments:

Followers

Powered by Blogger.