MENJADI PEREMPUAN SEBUAH KEBANGGAN ATAU SEBUAH IRONI ?

Kali ini saya hanya ingin berbagi cerita/pendapat (sebuah realita hidup yang ingin saya temukan jawabannya) dengan apa yang saya lihat disekitar lingkungan saya tinggal. Artikel ini saya persembahkan untuk semua perempuan namun untuk para pria yang ingin/sudah memiliki pasangan silahkan membaca dan berbagi pendapat di artikel saya ini.

Mengapa saya ingin membahas mengenai perempuan ? Karena saya sendiri adalah seorang perempuan yang ingin berbagi pemikiran agar kita tidak selalu dibodohi dengan siapapun (bukan waktunya lagi perempuan itu mahluk yang lemah)

SEBERAPA MAHAL MAHAR SEORANG PEREMPUAN UNTUK DINIKAHI  ????  


Saya yakin banyak pria diluar sana yang berpikir dan bertanya hal yang serupa untuk menikahi kekasihnya/tunangannya/jodoh yang ditentukan oleh orangtuanya. Saat ini masalah materi tersebut pasti membuat para pria memutar otak untuk mendapatkan uang mahar (terlebih lagi jika maharnya sudah ditentukan oleh orang tua si calon istri dan jumlahnya cukup besar).

Sebelumnya kita semua tahu bahwa adat Sulawesi (Suku Bugis) akan memasang harga tinggi kepada anak perempuannya sesuai dengan tingkatan pendidikan. Semakin perempuan pendidikannya tinggi dan memiliki jabatan disuatu instansi/perusahaan maka harganya akan sangat tinggi. Adat Sulawesi tersebut dikenal dengan istilah "BALANCA atau UANG NAIK". Semua ini sudah menjadi tradisi turun menurun dimana harga diri keluarga dipertaruhkan dengan rendah atau tingginya harga yang diterima oleh keluarga mempelai perempuan. Namun seiring berjalannya perkembangan zaman, masyarakat Bugis (tidak seluruhnya) sudah tidak sepakat dengan tradisi ini. Hal ini disebabkan adanya persentuhan dan perkenalan dengan budaya lain serta tingkat pendidikan yang semakin tinggi.

Namun mengapa saat ini hampir diseluruh masyarakat Indonesia tanpa mengenal adat budaya/suku memasang harga kepada anak perempuannya untuk dinikahi ??

Saya berpikir mungkin hal ini dikarenakan perekonomian di Indonesia yang semakin tinggi sehingga seluruh kebutuhan hidup menjadi sangat mahal. Dan kita semua tahu bahwa biaya pernikahan dari mulai dekorasi, pakaian, tata rias dan hidangan yang disajikan juga menjadi sangat mahal. Sehingga hampir rata-rata orang tua perempuan memasang harga untuk anak perempuan yang akan dinikahi berkisar dari 10-50 juta (dan saya juga termasuk didalam kriteria yang dipasang harga -_-'>)

Realita pahit diatas membuat para pria berpikir keras dan melakukan beberapa option untuk menjadikan pasangannya sebagai seorang istri (pendamping hidup). Dari apa yang saya sering lihat dari lingkungan pergaulan masyarakat, saya menyimpulkan bahwa para pria mempunyai 3 option untuk menjadi seorang suami, yaitu :

  1. OPTION PERTAMA Seorang pria yang akan menikah bekerja keras mengumpulkan dana kemudian menikahi seorang perempuan sesuai dengan harga yang telah ditentukan oleh orang tua perempuan (kebanyakan kasusnya si pria belum mempunyai kekasih namun pria pada option ini akan siap berkomitmen menikah tanpa harus berlama-lama berpacaran).
  2. OPTION KEDUA Pria pada option ini akan terlebih dahulu berpacaran kemudian mengambil hati orang tua si perempuan agar bersedia menunggu untuk memenuhi syarat/harga yang telah ditentukan. Jalan ini diambil oleh pria pada option ini agar orang tua tidak menjodohkan anak perempuannya dengan pria lain.
  3. OPTION KETIGA Pria pada option ini merupakan tipe pria yang sudah terkontaminasi dengan pergaulan bebas tanpa aturan. Kenapa saya mengatakan tersebut ? karena pria pada option ketiga akan berpacaran dan menyakini pasangannya untuk hidup susah dan senang bersama-sama tanpa memikirkan apa yang akan terjadi nanti (masa depan mereka). Melakukan hubungan suami-istri diluar pernikahan tanpa tahu resiko dan cara yang tepat sehingga si perempuan megalami KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan). Namun kebanyakan pria pada option ini akan tetap bertanggungjawab untuk menikahi si perempuan meskipun tanpa biaya yang telah ditetapkan oleh orang tua perempuan dan tanpa bekal menjadi seorang suami dan seorang ayah. Orang tua perempuan sudah pasti mengijinkan si pria menikahi anaknya dengan sangat sederhana dan tanpa resepsi.
Dari setiap option yang telah saya kemukakan option pertama dan option kedua adalah tipe pria yang bisa dikategorikan sebagai pria dewasa dan dapat bertanggungjawab dimasa depannya. Untuk tipe option ketiga adalah option yang paling banyak di pilih oleh kaum pria berumur kisaran 20-25 tahun yang hanya memikirkan kenikmatan sesaat dalam menjalani hubungan. Sebagian besar pria pada option ketiga ini mengagungkan kata cinta bahkan memuja kata cinta tanpa logika sehingga janin yang ada pada si perempuan merupakan buah cinta yang harus dibesarkan meskipun si pria kebanyakan tidak memiliki pekerjaan dan bahkan masih bergantung dengan orangtuanya sendiri. Terlalu miris saya melihat kenyataan bahwa option ketiga itu menjadi pilihan yang paling dominan dikalangan anak remaja sekarang, tanpa memikirkan betapa sulit membesarkan anak (bukan hanya sebatas membesarkan anak hanya dengan memberi makan dan minum, namun pendidikan moral yang akan diterima oleh anak tersebut sehingga mencerminkan kedua orangtuanya dalam mendidik).

Hhmmmm.... Apakah menjadi seorang perempuan sebuah kebanggaan atau sebuah ironi kehidupan dalam memiliki pasangan hidup ????
Jawabannya terletak pada kalian semua PEREMPUAN yang membaca tulisan ini.

JADILAH PEREMPUAN YANG TANGGUH, HEBAT DAN CERDAS, SEHINGGA KITA TIDAK MUDAH DITAKLUKAN OLEH KAUM PRIA. PEREMPUAN BERHAK MEMILIH DAN BERPENDAPAT ATAS HIDUPNYA. APAPUN YANG DIKATAKAN, PEREMPUAN ADALAH SUMBER KEHIDUPAN BAGI KAUM PRIA.


Salam,
Dwi Noviyanti



Note : Yang ingin berbagi silahkan komen atau menjadi teman saya di jejaring sosial media, terima kasih atas waktunya untuk membaca artikel saya :)




MENJADI PEREMPUAN SEBUAH KEBANGGAN ATAU SEBUAH IRONI ? MENJADI PEREMPUAN SEBUAH KEBANGGAN ATAU SEBUAH IRONI ? Reviewed by Dwi Noviyanti on December 04, 2013 Rating: 5

No comments:

Followers

Powered by Blogger.